Rabu, 25 Mei 2011

Perkembangan Seni Karawitan Jawa di Indonesia

Seni Karawitan Jawa merupakan salah satu karya seni asli masyarakat Indonesia. Keberadaannya sangat popular pada zaman dahulu sehingga kehadirannya di tengah-tengah masyarakat jawa dapat mengakar ke dalam setiap jiwa masyarakatnya pada masa itu. Perkembangan suatu karya seni selalu menjadi daya tarik tersendiri, bagaimana kesenian tersebut dapat bertahan dalam perputaran zaman yang semakin modern. Begitu juga seni karawitan jawa yang merupakan seni klasik yang dapat dianggap juga sebagai music klasiknya orang barat.

Pada tugas makalah mata kuliah karawitan jawa ini, penulis mencoba untuk menjabarkan perkembangan seni karawitan jawa di Indonesia. Di mulai dari pengertian karawitan itu sendiri, sejarah kseni karawitan jawa, kedudukan seni karawitan jawa di masyarakat, tujuan pelestarian seni karawitan jawa, perkembangan seni karawitan jawa pada zaman sekarang dan kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya pelestarian seni karawitan jawa di Indonesia.

Karawitan secara umum adalah kesenian yang meliputi cabang seni yang mengandung unsur-unsur keindahan, halus serta rumit atau ngrawit. Pengertian karawitan secara khusus adalah ekspersi jiwa manusia yang diungkapkan melalui media suara baik vocal maupun instrumentalyang berlaraskan slendro atau pelog (Sangarimbun 1992: 14).

Pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karawitan adalah suatu jenis karya seni yang merupakan ekspresi jiwa manusia yang melalui media maupun tidak. Media yang digunakan biasanya secara instrumental, mengiringi, yang berupa suatu set gamelan jawa. Gamelan ini terdiri dari beberapa alat musik, seperti gender, slentem, bonang, kenong, kethuk, kendhang, peking, saron, gong dan masih banyak lagi. Alat-alat musik itu tidak dapat dimainkan secara sendirian, melainkan bersama-sama sehingga menimbulkan suatu singkronisasi suara yang indah yang dapat mengiringi suatu lagu. Seni suara (vokal) yang terdapat di dalam karawitan biasanya disebut tembang. Tembang sebagai karya sastra dengan patokan-patokan yang sudah tertentu cara membacanya harus dilagukan. Tembang dalam penyajiannya dapat dilakukan dengan iringan gamelan atau tanpa iringan gamelan. (Sangarimbun 1992: 14--15). Unsur atau elemen pokok yang terdapat dalam karawitan ialah gamelan, laras dan pathet. Gamelan adalah alat music tradisional jawa, bali dan sunda yang pada dasarnya menggunakan laras, slendro dan pelog. Laras ialah susunan nada yang di dalam satu oktaf sudah tertentu. Pathet merupakan wilayah atau susunan nada di dalam laras, dan nada-nada tersebut mempunyai fungsi dan kedudukan sendiri-sendiri (Sangarimbun 1992: 17--18).

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Dalam mitologi Jawa, Gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, Dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa, dan untuk pesan yang lebih khusus Ia kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk seperangkat Gamelan. Sebagian besar alat musik Gamelan terdiri dari alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh. Oleh sebab itu pada waktu orang memainkan alat musik Gamelan biasanya disebut “nggamel”. Nggamel adalah bahasa Jawa yang berarti Memukul / Menabuh. Inilah sebenarnya asal usul kata gamelan.
Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk kategori pusaka. Secara filosofis gamelan jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan dekat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing. Gamelan dibunyikan atau digunakan untuk mengiringi pergelaran wayang, mengiringi tari-tarian, mengiringi upacara sekaten, upacara kenegaraan/keagamaan, mengiringi klenengan untuk hal-hal tertentu (upacara nikah, ngundhuh mantu dan lain-lain). Seni karawitan (musik pentatonis) mendapatkan kedudukan yang istimewa di dunia seni pertunjukan Indonesia. Tentu saja, pernyataan ini tidak sekedar pujian atau basi-basi tanpa alasan. Di Surakarta dan Yogyakarta (eks ibukota kerajaan) yang hingga sekarang menjadi pusat budaya (kesenian), seni karawitan dapat berkembang bebas, baik di lingkungan njeron beteng (kraton) maupun luar kraton. Hampir setiap kelurahan di Yogyakarta memiliki seperangkat gamelan (alat musik Jawa), bahkan ada yang lebih dari satu unit. Belum lagi gamelan milik personal, baik dari kalangan bangsawan kraton, seniman maupun masyarakat biasa. Di sela-sela kesibukan masyarakat, dapat dipastikan ada aktivitas nabuh gamelan yang dilakukan rutin berkala. Ada kelompok yang beranggotakan pria dewasa, wanita dewasa, remaja serta anak-anak.

Tujuan pelestarian seni karawitan jawa sudah jelas, yaitu melestarikan keberadaan seni karawitan jawa di masyarakat agar tidak punah. Hal ini dikarenakan seni karawitan jawa merupakan asaet budaya yang besar yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat jawa pada khususnya. Suatu asset besar bangsa Indonesia jika hilang atau pun punah akan menjadi suatu kehilangan yang sangat besar. Sejarah akan sangat kecewa jika pada akhirnya seni karawitan jawa yang merupakan suatu mahakarya orang-orang terdahulu tidak diteruskan oleh generasi muda zaman sekarang.

Lantas, bagaimanakah perkembangan pelestarian seni karawitan jawa di zaman sekarang? Upaya pelestarian seni karawitan jawa telah digalakkan oleh berbagai kalangan. Mengingat begitu pentingnya pelestarian seni karawitan jawa ini. Upaya-upaya pelestarian diantaranya dengan memasukkan muatan lokal jawa pada sekolah dasar, memasukkan kurikulum pendidikan jawa pada sekolah menengah dan lanjutan atas, membuka kelas karawitan jawa pada universitas, menyediakan seperangkat gamelan pada instansi pemerintah dan lain sebagainya. Semua hal itu bertujuan untuk melestarikan seni karawitan jawa agar tidak hilang atau punah. Namun, semua hal itu tidak akan berhasil jika tidak ada dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah dan generasi muda yang akan meneruskan seni karawitan jawa ini. Upaya lain yang dilakukan adalah mempromosikan seni karawitan jawa pada dunia luar, negara lain, yang akhir-akhir ini sangat gencar dilakukan untuk mengenalkan salah satu karya seni bangsa Indonesia. Sebagai contoh yaitu didirikannya sebuah perkumpulan yang khusus untuk memainkan gamelan di Belanda, Amerika Serikat dan negara-negara lain. Mereka menikmati setiap alunan musik yang dihasilkan oleh gamelan jawa dan menyanyikan dengan penuh ketentraman dan semnagat yang tinggi. Dampak pengenalan pada dunia luar dapat positif maupun negatif. Positif karena seni karawitan jawa dapat terus dilestarikan dan bahkan lebih luas pengenalannya hingga mancanegara. Negatif yang ditimbulkan dapat berupa pengakuan dari negara lain karena merasa lebih melestarikan ataupun sama-sama berasal dari negaranya. Hal itulah yang harus dihindari agar seni karawitan jawa tetap lestari, namun tidak diakui negara lain. Upaya tersebut dapat terwujud jika ada dorongan yang kuat di dalam setiap diri masyarakat Indonesia untuk melestarikan seni karawitan jawa ini.

Banyak kendala yang ditemui dalam upaya pelestarian seni karawitan jawa di Indonesia. Kendala-kendala tersebut seperti kurangnya dana untuk membeli seperangkat gamelan yang cukup mahal. Mahalnya perangkat gamelan jawa disebabkan karena semakin sedikitnya produsen pembuat perangkat gamelan jawa dan berkurangnya bahan baku pembuatannya. Selain itu, kurangnya dukungan pemerintah dalam promosi karawitan jawa kepada masyarakat luas, terutama masyarakat jawa. Namun, sekarang telah muncul sebuah acara di televis yang menggunakan perpaduan gamelan jawa dan wayang orang yang dapat menghibur masyarakat. Selain menghibur juga dapat sebagai media pengenalan yang efektif. Kendala lain yaitu minimnya minat generasi muda untuk menekuni seni karawitan jawa karena lebih memilih menekuni seni lain ataupun seni dari barat. Hal ini desebabkan karena mereka menganggap karawitan jawa sebagai karya kuno dan ketinggalan zaman daripada musik/seni barat. Kemungkinan ketidakpedulian masyarakat turutama generasi muda juga dapat menjadi fackor minimnya minat kepada seni karawitan jawa. Selain beberapa hal yang disebutkan masih terdapat beberapa faktor yang lain yang merupakan pengembangan dari beberapa faktor di atas.

Tentunya dengan semakin sering kita berkarawitan, semakin tinggi cinta kita terhadapnya. Semakin tinggi pula rasa ingin melestarikan. Pelestarian seni karawitan jawa kini bukanlah sekadar keinginan, namun lebih merujuk kea rah kebutuhan. Ada upaya dari para seniman jawa untuk menciptakan suasana baru, yaitu dengan memainkan damelan sebagai instrument musik kontemporer zaman sekarang. Upaya itu diharapkan akan meningkatkan minat generasi muda untuk melestarikan seni karawitan jawa. Pelestarian seni kaawitan jawa bukanlah hanya tanggungjawab para seniman, melainkan semua masyarakat Indonesia karena karawitan jawa merupakan bagian dari budaya Indonesia yang harus dilestarikan.



Sumber :
1. Sangarimbun, M..1992.Garamata, perjuangannya melawah penjajahan Belanda, 1901-1905.P.T. Balai Pustaka, Jakarta : 125 hlm, http://books.google.com/books?id=kr-SO-T0ufsC&pg=PA14&dq=karawitan+jawa&hl=en&ei=KY_aTb2kNIvtrQeahs35BQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CC0Q6AEwAQ#v=onepage&q=karawitan%20jawa&f=false, 23 Mei 2011, pk. 23.52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comments here