Masih teringat dalam
ingatan masa kecil satu dulu naik kereta api, Tegal Arum namanya, bersama
keluarga dari Tegal menuju tempat saudara di Tanjung Priok. Pun saat itu naik
kereta lokal Purwakarta – Jatinegara dari Stasiun Kosambi, Kerawang. Saat itu
entah aku tak merasa berdesak-desakan, kereta penuh maupun berdiri tanpa tempat
duduk. Mungkin karena saat itu aku masih kecil, tak teringat semua hal dalam
perjalanan saat itu. Tidak seperti saat aku mulai merantau ke Ibu kota awal
2010 yang lalu, sesak penuh orang, overcapacity,
safetyless bahkan saya sempat
kehilangan HP pada saat itu. Hal ini nampak berbeda menjelang lulus kuliah
ketika kereta api sedikit-sedikit mulai berubah, dari penyesuaian jumlah
penumpang dan tempat duduk, jumlah orang yang beredar di suatu stasiun,
fasilitas stasiun hingga kenyamanan gerbong kereta penumpang. Agaknya perubahan
di perusahaan PT KAI berdampak juga pada pelayanannya. Di usianya yang ke-72
tahun, PT KAI telah menunjukkan perubahan-perubahan yang mengarah ke kebaikan
dan kualitas pelayanan yang prima kepada konsumen-konsumennya.
Pelayanan Kereta Penumpang
Seperti
yang telah diceritakan di atas, abaikan kesan waktu masih kecil karena
keterbatasan daya ingat dan saat itu belum mature
untuk menilai sesuatu, kesan naik kereta saat itu adalah murah, bebas macet
namun penuh sesak baik penumpang maupun pedangang asongan, jam perjalanan tidak
tentu, toilet bau tanpa air bersih hingga rawan kejahatan. Kesan-kesan itu
muncul untuk kereta kelas ekonomi dan bisnis, minus kelas eksekutif karena
dahulu memang kelas eksekutif tak sanggup kubeli tiketnya.
Sejak
reformasi birokrasi pada tubuh PT KAI, dimulailah perubahan itu perlahan-lahan.
Dimulai dari penyesuaian kursi sesuai nomor dan gerbong kereta yang tertera di
tiket. Gila men! Mengubah budaya memang susah, namun bukan berarti tidak mungkin.
Dulu, paling suka naik kereta Tegal Arum dari Stasiun Jakarta Kota, setelah
naik KRL Ekonomi maupun Eko-AC, kubeli tiket on the spot waktu itu asal kereta belum berangkat, it’s fine, tiket pulang pasti dapat ku dapat.
Karena naik dari staisiun awal, aku bebas memilih tempat duduk di mana saja
sesuka hati asal masih kosong. Setelah lepas dari staisiun kota, dimulailah gerombolan
manusia berebut naik dan duduk di kursi-kursi yang masih tersedia bak di film
zombie saja. Kursi 2 penumpang untuk 3 penumpang, pun kursi 3 penumpang untuk 4
penumpang. Bahkan jika malam tiba, lorong-lorong di antara kursi menjadi tempat
fovorit untuk tidur meluruskan badan. Saat reguasi penyesuaian tempat
berdasarkan tempat duduk di tiket plus pembatasan jumlah penumpang menjadi 150%
kapasitas kursi dalam satu rangkaian yang kemudian menjadi 100% pada saat ini,
perlahan-lahan mengubah mindset
masyarakat dari sebelumnya liar menjadi tertib, naik kereta penuh sesak menjadi
nyaman tanpa penumpang berdiri.
Kondisi Kereta Tegal Arum dahulu
Sumber : 2.bp.blogspot.com
Naik
kereta memang murah, apalagi kereta ekonomi, namun konsekuensinya adalah
ketidakpastian jam keberangkatan dan kedatangan kereta serta banyaknya pedagang
asongan. Jika naik kereta ekonomi siap-siap saja berada di pasar berjalan, market on the road, berhenti di hampir
tiap stasiun hingga disalip berkali-kali oleh kereta eksekutif maupun bisnis
yang menjadi prioritas utama yang sekaan-akan kereta ekonomi tidak punya
jadwal. Tapi itu dulu, sekarang semua telah berubah. Top! Costumer Focus. Bermula dari pelarangan pedagang asongan masuk
ke dalam kereta, peson stasiun hingga operasional waktu keberangkatan dan
kedatangan kereta yang semakin tepat. Pada tahap ini, memang diperlukan
ketegasan dan komitmen menjalankan peraturan yang sudah ada pada saat itu,
yaitu UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian dan PP No. 72 tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api. Terlepas dari isu keberpihakan
pada pedagang kecil, perubahan ini membuat konsumen penumpang kereta api
menjadi semakin nyaman dan betah naik kereta api.
Naik
kereta api, apalagi ekonomi baik jarak jauh maupun rel listrik, selalu tertanam
stigma rawan kejahatan. Bagaimana tidak, penumpang yang berdesak-desakan,
pedagang asongan yang menawarkan dagangan ditambah pengamen jalanan lalu lalang
di tiap gerbongnya menambah sumpek dan gerah yang mengakibatkan potensi
kejahatan meningkat pada saat itu. Alhamdulillah, dengan diterapkannya
peraturan tentang pelarangan pedagang asongan di peron stasiun maupun gerbong
kereta serta penambahan petugas polisi khusus kereta, perjalanan naik kereta
menjadi lebih nyaman dan aman. Apalagi ditambah penghapusan rangkaian KRL
Ekonomi yang dulu menjadi ciri khas kereta Daop 1 karena banyaknya penumpang
yang bergelantungan di atap kereta kini telah tiada digantikan semua
rangkaiannya menjadi KRL AC.
KRL Commuter Line sekarang
Sumber : bumninsight.co.id
Stigma
naik kereta kelas ekonomi dan bisnis yang gerah serta toilet yang bau sudah
tidak lagi ditemukan pada saat ini. PT KAI telah menambahkan pendingin ruangan,
AC, di tiap-tiap gerbong keretanya baik kelas ekonomi maupun bisnis hingga
tidak ada lagi kata panas saat naik kereta baik siang maupun malam hari. Selain
itu, pembersihan berkala toilet dan gerbong kereta yang dilakukan oleh PT KAI
dengan kerjasama pihak ketiga membuat toilet gerbong kereta sekarang menjadi
nyaman tidak seperti dulu yang bau dan tidak ada air. Naik kereta sekarang
menjadi nyaman, aman dan bahagia. Pokoknya Heppy!.
Pelayanan
kereta api penumpang saat ini sudah sangat baik dibandingkan pada zaman dahulu.
Kenyamanan penumpang di setiap kelas kereta api pun meningkat, ditambah
peluncuran rangkaian gerbong kelas ekonomi rasa eksekutif dan premium membuat
penumpang merasakan kenyamanan kelas eksekutif dengan harga ekonomi. Selain
improvisasi dan inovasi pelayanan kereta api penumpang saat ini,diharapkan pada
masa yang akan datang pelayanan dapat lebih baik seperti adanya delivery order makanan di atas kereta
api, instant respons costumer care, layanan wifi on the train, bioskop di dalam kereta hingga kaca jendela luas
untuk melihat pemandangan selama perjalanan kereta api sehingga penumpang dapat
mendapatkan kepuasan maksimal dan menjadikan stigma masyarakat naik kereta api
itu ngangeni lan mbetahi. Bikin
nagih!.
Fasilitas
Stasiun Kereta Api
Stasiun
kereta api merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan Belanda,
sehingga sudah ada dari dulu bahkan sebelum saya lahir. Dikarenakan merupakan
bangunan lama, maka wajar jika bangunan sudah usang, kotor dan tidak modern.
Mencari toilet umum yang bersih dan nyaman merupakan salah satu hambatan
penumpang kereta api pada saat itu. Sekarang, fasilitas stasiun kereta api
sudah sangat nyaman, renovasi bangunan dan fungsi bangunan berjalan dengan
baik. Pemugaran, cat ulang, penambahan aksesoris stasiun membuat stasiun
menjadi lebih bersih, rapi dan nyaman dipandang orang. Penerapan sistem
keamanan dan tiket online saat ini membuat stasiun tidak seramai dulu, hal ini
berakibat pada kenyamanan penumpang kereta yang semakin meningkat.
Selain
pengoptimalan stasiun aktif pada saat ini, diharapkan stasiun-stasiun non aktif
milik PT KAI dapat dimaksimalkan kegunaannya bagi masyarakat. Diharapkan,
stasiun-stasiun non aktif pada saat ini dapat direnovasi, diaktifkan kembali
meskipun bukan sebagai stasiun transit kereta komersial penumpang pada umumnya.
Stasiun-stasiun kereta api lama dapat dimanfaatkan sebagai museum awat wisata
sejarah perkeretaapian sehingga nilai sejarah tidak akan hilang begitu saja. Cara
pemanfaatan lain yaitu dapat berupa kereta wisata yang melayani rute stasiun-stasiun
kereta api bersejarah sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana
rekreasi dan edukasi masyarakat tentang sejarah perkeretaapian. Melewati
pemandangan indah yang tidak terjamah aspal kendaraan ber-roda.
Museum Kereta Api Sawah Lunto
Sumber : pegipegi.com
Stasiun kereta api
memang menjadi garda terdepan dalam hal penilaian masyarakat pada PT KAI.
Ibarat jatuh cinta, pandangan pertama merupakan hal yang sangat penting.
Pandangan pertama masyarakat Indonesia pada stasiun kereta api menghasilkan
cara pandang, berfikir, dan imajinasi masyarakat terhadap PT KAI secara
keseluruhan. Pengelolaan stasiun kereta api yang baik dan benar tanpa
meninggalkan nilai sejarah dan modernitas menjadi tantangan PT KAI sekarang dan
masa yang akan datang.
Perbaikan-perbaikan
yang terus dilakukan oleh PT KAI diharapkan tidak berhenti dan puas diri. Pembangunan
Sky Train Bandara, Kereta Bandara, LRT, MRT hingga Double-Double Track merupakan
project untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan okupansi penumpang oleh PT KAI. Satu juta penumpang setiap hari
yang diangkut oleh PT KAI pada saat ini dirasa masih kurang untuk jumlah
penduduk skala nasional Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pembangunan rel
dan operasional kereta di seluruh Indonesia diharapkan dapat segera terealisasi
sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan pelayanan PT KAI.
Cepat,
Nyaman, Hemat, Modern dan Berkualitas merupakan nilai-nilai yang mungkin
dikejar oleh PT KAI di masa yang akan datang untuk setiap pelayanan
fasilitasnya baik kereta penumpang, barang maupun fasilitas stasiun. Namun, SDM
yang tangguh dan berkomitmen tinggi terhadap perusahaan dan negara lah yang
menjadi faktor penting dibalik tercapainya semua itu. SDM PT KAI harus tangguh
dan bermental baja serta dididik untuk menjadi insan perkeretaapian yang loyal
sehingga mampu meningkatkan pelayanan PT KAI terhadap pencinta kereta khususnya
dan masyarakat indonesia pada umumnya.
Kenyamanan penumpang atau konsumen sepertinya memang menjadi
fokus utama PT KAI dalam meningkatkan pelayanan publiknya. Pada masa yang akan
datang masih diperlukan inovasi-inovasi berkelanjutan sehingga membuat PT KAI
menjadi perusahaan BUMN kebanggaan Bangsa Indonesia. Pengingkatan pelayanan,
pengoptimalan anak perusahaan dan kerjasama dengan pihak ketiga dihapakan terus
dapat memberikan pelayanan yang positif dan berkesan terhadap konsumen-konsumen
PT KAI di masa yang akan datang.