Sabtu, 30 September 2017

KERETA API-KU DULU, KINI, DAN MASA YANG AKAN DATANG

Masih teringat dalam ingatan masa kecil satu dulu naik kereta api, Tegal Arum namanya, bersama keluarga dari Tegal menuju tempat saudara di Tanjung Priok. Pun saat itu naik kereta lokal Purwakarta – Jatinegara dari Stasiun Kosambi, Kerawang. Saat itu entah aku tak merasa berdesak-desakan, kereta penuh maupun berdiri tanpa tempat duduk. Mungkin karena saat itu aku masih kecil, tak teringat semua hal dalam perjalanan saat itu. Tidak seperti saat aku mulai merantau ke Ibu kota awal 2010 yang lalu, sesak penuh orang, overcapacity, safetyless bahkan saya sempat kehilangan HP pada saat itu. Hal ini nampak berbeda menjelang lulus kuliah ketika kereta api sedikit-sedikit mulai berubah, dari penyesuaian jumlah penumpang dan tempat duduk, jumlah orang yang beredar di suatu stasiun, fasilitas stasiun hingga kenyamanan gerbong kereta penumpang. Agaknya perubahan di perusahaan PT KAI berdampak juga pada pelayanannya. Di usianya yang ke-72 tahun, PT KAI telah menunjukkan perubahan-perubahan yang mengarah ke kebaikan dan kualitas pelayanan yang prima kepada konsumen-konsumennya.

Pelayanan Kereta Penumpang
    Seperti yang telah diceritakan di atas, abaikan kesan waktu masih kecil karena keterbatasan daya ingat dan saat itu belum mature untuk menilai sesuatu, kesan naik kereta saat itu adalah murah, bebas macet namun penuh sesak baik penumpang maupun pedangang asongan, jam perjalanan tidak tentu, toilet bau tanpa air bersih hingga rawan kejahatan. Kesan-kesan itu muncul untuk kereta kelas ekonomi dan bisnis, minus kelas eksekutif karena dahulu memang kelas eksekutif tak sanggup kubeli tiketnya.
        Sejak reformasi birokrasi pada tubuh PT KAI, dimulailah perubahan itu perlahan-lahan. Dimulai dari penyesuaian kursi sesuai nomor dan gerbong kereta yang tertera di tiket. Gila men! Mengubah budaya memang susah, namun bukan berarti tidak mungkin. Dulu, paling suka naik kereta Tegal Arum dari Stasiun Jakarta Kota, setelah naik KRL Ekonomi maupun Eko-AC, kubeli tiket on the spot waktu itu asal kereta belum berangkat, it’s fine, tiket pulang pasti dapat ku dapat. Karena naik dari staisiun awal, aku bebas memilih tempat duduk di mana saja sesuka hati asal masih kosong. Setelah lepas dari staisiun kota, dimulailah gerombolan manusia berebut naik dan duduk di kursi-kursi yang masih tersedia bak di film zombie saja. Kursi 2 penumpang untuk 3 penumpang, pun kursi 3 penumpang untuk 4 penumpang. Bahkan jika malam tiba, lorong-lorong di antara kursi menjadi tempat fovorit untuk tidur meluruskan badan. Saat reguasi penyesuaian tempat berdasarkan tempat duduk di tiket plus pembatasan jumlah penumpang menjadi 150% kapasitas kursi dalam satu rangkaian yang kemudian menjadi 100% pada saat ini, perlahan-lahan mengubah mindset masyarakat dari sebelumnya liar menjadi tertib, naik kereta penuh sesak menjadi nyaman tanpa penumpang berdiri.
Kondisi Kereta Tegal Arum dahulu
Sumber : 2.bp.blogspot.com

       Naik kereta memang murah, apalagi kereta ekonomi, namun konsekuensinya adalah ketidakpastian jam keberangkatan dan kedatangan kereta serta banyaknya pedagang asongan. Jika naik kereta ekonomi siap-siap saja berada di pasar berjalan, market on the road, berhenti di hampir tiap stasiun hingga disalip berkali-kali oleh kereta eksekutif maupun bisnis yang menjadi prioritas utama yang sekaan-akan kereta ekonomi tidak punya jadwal. Tapi itu dulu, sekarang semua telah berubah. Top! Costumer Focus. Bermula dari pelarangan pedagang asongan masuk ke dalam kereta, peson stasiun hingga operasional waktu keberangkatan dan kedatangan kereta yang semakin tepat. Pada tahap ini, memang diperlukan ketegasan dan komitmen menjalankan peraturan yang sudah ada pada saat itu, yaitu UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian dan PP No. 72 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api. Terlepas dari isu keberpihakan pada pedagang kecil, perubahan ini membuat konsumen penumpang kereta api menjadi semakin nyaman dan betah naik kereta api.
       Naik kereta api, apalagi ekonomi baik jarak jauh maupun rel listrik, selalu tertanam stigma rawan kejahatan. Bagaimana tidak, penumpang yang berdesak-desakan, pedagang asongan yang menawarkan dagangan ditambah pengamen jalanan lalu lalang di tiap gerbongnya menambah sumpek dan gerah yang mengakibatkan potensi kejahatan meningkat pada saat itu. Alhamdulillah, dengan diterapkannya peraturan tentang pelarangan pedagang asongan di peron stasiun maupun gerbong kereta serta penambahan petugas polisi khusus kereta, perjalanan naik kereta menjadi lebih nyaman dan aman. Apalagi ditambah penghapusan rangkaian KRL Ekonomi yang dulu menjadi ciri khas kereta Daop 1 karena banyaknya penumpang yang bergelantungan di atap kereta kini telah tiada digantikan semua rangkaiannya menjadi KRL AC.
KRL Commuter Line sekarang
Sumber : bumninsight.co.id

        Stigma naik kereta kelas ekonomi dan bisnis yang gerah serta toilet yang bau sudah tidak lagi ditemukan pada saat ini. PT KAI telah menambahkan pendingin ruangan, AC, di tiap-tiap gerbong keretanya baik kelas ekonomi maupun bisnis hingga tidak ada lagi kata panas saat naik kereta baik siang maupun malam hari. Selain itu, pembersihan berkala toilet dan gerbong kereta yang dilakukan oleh PT KAI dengan kerjasama pihak ketiga membuat toilet gerbong kereta sekarang menjadi nyaman tidak seperti dulu yang bau dan tidak ada air. Naik kereta sekarang menjadi nyaman, aman dan bahagia. Pokoknya Heppy!.
       Pelayanan kereta api penumpang saat ini sudah sangat baik dibandingkan pada zaman dahulu. Kenyamanan penumpang di setiap kelas kereta api pun meningkat, ditambah peluncuran rangkaian gerbong kelas ekonomi rasa eksekutif dan premium membuat penumpang merasakan kenyamanan kelas eksekutif dengan harga ekonomi. Selain improvisasi dan inovasi pelayanan kereta api penumpang saat ini,diharapkan pada masa yang akan datang pelayanan dapat lebih baik seperti adanya delivery order makanan di atas kereta api, instant respons costumer care, layanan wifi on the train, bioskop di dalam kereta hingga kaca jendela luas untuk melihat pemandangan selama perjalanan kereta api sehingga penumpang dapat mendapatkan kepuasan maksimal dan menjadikan stigma masyarakat naik kereta api itu ngangeni lan mbetahi. Bikin nagih!.
           
Fasilitas Stasiun Kereta Api
      Stasiun kereta api merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan Belanda, sehingga sudah ada dari dulu bahkan sebelum saya lahir. Dikarenakan merupakan bangunan lama, maka wajar jika bangunan sudah usang, kotor dan tidak modern. Mencari toilet umum yang bersih dan nyaman merupakan salah satu hambatan penumpang kereta api pada saat itu. Sekarang, fasilitas stasiun kereta api sudah sangat nyaman, renovasi bangunan dan fungsi bangunan berjalan dengan baik. Pemugaran, cat ulang, penambahan aksesoris stasiun membuat stasiun menjadi lebih bersih, rapi dan nyaman dipandang orang. Penerapan sistem keamanan dan tiket online saat ini membuat stasiun tidak seramai dulu, hal ini berakibat pada kenyamanan penumpang kereta yang semakin meningkat.
       Selain pengoptimalan stasiun aktif pada saat ini, diharapkan stasiun-stasiun non aktif milik PT KAI dapat dimaksimalkan kegunaannya bagi masyarakat. Diharapkan, stasiun-stasiun non aktif pada saat ini dapat direnovasi, diaktifkan kembali meskipun bukan sebagai stasiun transit kereta komersial penumpang pada umumnya. Stasiun-stasiun kereta api lama dapat dimanfaatkan sebagai museum awat wisata sejarah perkeretaapian sehingga nilai sejarah tidak akan hilang begitu saja. Cara pemanfaatan lain yaitu dapat berupa kereta wisata yang melayani rute stasiun-stasiun kereta api bersejarah sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana rekreasi dan edukasi masyarakat tentang sejarah perkeretaapian. Melewati pemandangan indah yang tidak terjamah aspal kendaraan ber-roda.
Museum Kereta Api Sawah Lunto
Sumber : pegipegi.com

Stasiun kereta api memang menjadi garda terdepan dalam hal penilaian masyarakat pada PT KAI. Ibarat jatuh cinta, pandangan pertama merupakan hal yang sangat penting. Pandangan pertama masyarakat Indonesia pada stasiun kereta api menghasilkan cara pandang, berfikir, dan imajinasi masyarakat terhadap PT KAI secara keseluruhan. Pengelolaan stasiun kereta api yang baik dan benar tanpa meninggalkan nilai sejarah dan modernitas menjadi tantangan PT KAI sekarang dan masa yang akan datang.
Perbaikan-perbaikan yang terus dilakukan oleh PT KAI diharapkan tidak berhenti dan puas diri. Pembangunan Sky Train Bandara, Kereta Bandara, LRT, MRT hingga Double-Double Track merupakan project untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan okupansi penumpang oleh PT KAI. Satu juta penumpang setiap hari yang diangkut oleh PT KAI pada saat ini dirasa masih kurang untuk jumlah penduduk skala nasional Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pembangunan rel dan operasional kereta di seluruh Indonesia diharapkan dapat segera terealisasi sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan pelayanan PT KAI.
 Cepat, Nyaman, Hemat, Modern dan Berkualitas merupakan nilai-nilai yang mungkin dikejar oleh PT KAI di masa yang akan datang untuk setiap pelayanan fasilitasnya baik kereta penumpang, barang maupun fasilitas stasiun. Namun, SDM yang tangguh dan berkomitmen tinggi terhadap perusahaan dan negara lah yang menjadi faktor penting dibalik tercapainya semua itu. SDM PT KAI harus tangguh dan bermental baja serta dididik untuk menjadi insan perkeretaapian yang loyal sehingga mampu meningkatkan pelayanan PT KAI terhadap pencinta kereta khususnya dan masyarakat indonesia pada umumnya.
            Kenyamanan penumpang atau konsumen sepertinya memang menjadi fokus utama PT KAI dalam meningkatkan pelayanan publiknya. Pada masa yang akan datang masih diperlukan inovasi-inovasi berkelanjutan sehingga membuat PT KAI menjadi perusahaan BUMN kebanggaan Bangsa Indonesia. Pengingkatan pelayanan, pengoptimalan anak perusahaan dan kerjasama dengan pihak ketiga dihapakan terus dapat memberikan pelayanan yang positif dan berkesan terhadap konsumen-konsumen PT KAI di masa yang akan datang.