Selasa, 24 April 2018

TERJALNYA GUNUNG SALAK via CIDAHU

           Hai! Kembali lagi, ketemu lagi dengan cerita mendaki gunung yang memang mengandung sejuta cerita setiap kali menjamahnya. Setelah 2 bulan yang lalu berhasil memijakkan kaki di Gunung Lembu, Purwakarta (Untuk detail ceritanya bisa klik di sini). Kali ini saya akan membagi cerita pengalaman mendaki Gunung yang selalu kelihatan dari Jabodetabek, tepatnya si bagi orang Jakarta-Bogor, yaitu Gunung Salak. Tak Seperti gunung-gunung lain yang nge-hits, Gunung Salak termasuk gunung yang cukup sepi dan masih sangat alami jalur pendakiannya. Dan setelah mendakinya baru ketahuan misteri tentang tak nge-hits nya gunung salak, bahkan sangat jarang adanya open trip ke gunung ini. Jika kalian ingin menguju tekad, perjuangan dan push your limit mendakilah Gunung Salak ini. So, sebelum saya bercerita mari kita berkenalan dengan Gunung Salak ini. Cekidot!
            Gunung Salak secara administratif terletak di antara kebupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Gunung Salak dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Gunung ini terlihat gagah dan dapat di pandang dari berbagai sudut kota di sekitarnya, ujung gunung yang lebar dan terlihat seperti buah salak. Tapi jangan ditanya ada pohon salak apa tidak, karena nama Salak berasal dari bahasa sansekerta yaitu Salaka yang artinya perak. Ada beragam versi kenapa gunung ini dinamakan dengan mana Gunung Salak. Seperti Gunung-Gunung di Indonesia yang lain, Gunung Salak juga mempunyai mitos dan terkenal angker, apalagi setelah kejadian Jatuhnya Pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang menewaskan seluruh 45 penumpang. Puncak Gunung Salak memiliki 9 puncak namun yang cukup terkenal dan sering dijamahi para pendaki ada 2 yaitu yaitu puncak 1 dan puncak 2. Puncak 1 merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian 2211 mdpl. Tak terlalu tinggi memang, namun seperti kata orang bijak, “Jangan memandang Gunung hanya dari Ketinggiannya semata”, karena memang benar ketinggian tak berlaku bagi Gunung Salak ini. Jalur pendakian Puncak 1 Gunung Salak dapat ditempuh via Cimelati, Sukabumi; Cidahu, Sukabumi; Gunung Bunder, Bogor; Pasir Rengit, Sukabumi dan Ajisaka, Tamansari, Bogor. Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi pengalaman mendaki Puncak 1 Gunung salak Via Cidahu, Sukabumi.

Gunung Salak (Dari Berbagai Sumber)

            Pendakian dimulai Hari Jumat malam, selepas gawe di Ibu Kota. Kami berlima (Mas Gaos, Mas Udin, Mas Yudi, Mas Akhmad dan Saya sendiri) berkumpul terlebih dahulu di Rumah Mas Udin, tak jauh dari Stasiun Bojonggede. Setelah semua berkumpul dan siap sekitar pukul setengah 11 malam, kami menuju Cidahu, Sukabumi menggunakan mobil sewaan. Perjalan cukup lancar bisa untuk istirahat menyimpan energi untuk esok hari. Tak lama perjalanan sekitar pukul stengah 2 pagi kami sampai di Base Camp Pendakian Gunung Salak di desa Cidahu, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Dengan mata yang masih kantuk serta hawa dingin pagi Cidahu yang mulai menusuk tulang, kami pindahkan barang bawaan ke balai yang ada di belakang base camp, lumayan dapat tidur sejenak meski alas balai agak basah karena hari sebelumnya hujan. Sempat tidur cukup pulas namun tiba-tiba terbangun karena menggigil kedinginan lanjut tidur lagi hingga akhirnya terbangun dan melihat jam sudah pukul 5 pagi. Kami bergantian ke toilet yang tersedia di base camp dan mengambil wudhu untuk sholat subuh. Tak lama setelah Shubuh ada beberapa yang mandi dan buang hajat sebelum 2 hari ditahan biat tidak keluar di atas gunung hehe.. Puas sarapan pagi, kami siap-siap packing ulang agar lebih padat dan ringan untuk di bawa naik ke Gunung Salak. Jam setengah 8 pagi kami berangkat dari Base Camp.
            Menurut hasil pencarian dari cerita-cerita pengalaman mendaki gunung Salak, Perjalanan dari Base Camp menyusuri Jalanan Aspal menuju Pintu Rimba sekitar 1 km. Setelah memasuki Pintu Rimba, perjalanan dilanjutkan menuju Simpang Bajuri sekitar 3 km. Pendakian Gunung Salak tidak mengenal pos-pos, melainkan tanda HM dari Pintu Rimba hingga Puncak Salak. Dari Pintu Rimba ke simpang bajuri dimulai dari HM 0 hingga  HM 30, Sedangkan perjalanan dari Simpang Bajuri menuju Puncak Salak dimulai dari HM 0 hingga HM 50. Ya, Perjalanan Menuju Puncak Salak memakan jarak sekitar 9 Km, bisa dibayangkan betapa jauhnya itu.


Melewati jalanan aspal selepas base camp

            Base Camp – Simpang Bajuri
            Start Pendakian dimulai dari Base Camp menuju Pintu Rimba dengan menelusuri jalanan aspal dengan kontur yang menanjak terus. Lumayan sebagai pemanasan sebelum masuk jalur hutan. Sebenarnya dari base camp menuju pintu rimba terdapat mobil balai atau orang lewat yang bisa dimintai tumpangan, tapi kemarin kami tak ada satupun yang lewat huhu. FYI. Sebenarnya dari Base Camp, jika cuaca cerah puncak Salak 1 sudah dapat terlihat, itu artinya perjalanan masih jauh haha. Sesampai di Pintu Rimba, alias pintu gerbang pendakian sesungguhnya kami sempatkan foto-foto biar eksis dengan muka penuh gembira dan segar, ibarat selebgram, postingan “Before Pendakian”.


Ngeksis dulu sebelum masuk hutan

            Memasuki pintu rimba, pukul stengah 9, jalur mulai didominasi oleh bebatuan setapak dengan track menanjak. Lumayan menanjak kemudian turun lagi melewati sungai kecil nanjak lagi kemudian turun lagi. Tak disangka disebelah kanan seberang pagar besi ada jalur aspal, sempat baca di postingan-postingan Pendakian Gunung Salak memang ada jalur aspal dari Pintu Rimba menuju Simpang Bajuri melalui Javana Spa. Namun karena ketidaktahuan, kami jalan lurus-lurus aja ngikutin jalur setapak naik turun naik lagi. Beberapa kali kami berhenti sejenak meluruskan punggung yang mulai pegal menggendong keril. Jalanan tanah yang agak becek karena sebelumnya diguyur hujan membuat sepatu agak licin dan harus memilah-milah pijakan agar tak hanya sepatu tidak terlalu kotor tetapi juga menjaga pijakan sepatu agar tidak licin. Vegetasi nya pun rapat khas TNGHS.


Langsung gas tanjakan begitu masuk hutan

Ada banyak sungai kecil di jalur ini

            Pukul 10 kami akhirnya sampai di simpang bajuri. FYI, Simpang bajuri merupakan simpang tiga antara jalur menuju puncak Salak 1 dan jalur menuju kawah ratu. Di simpang bajuri ini merupakan sumber air terakhir sebelum pendakian menuju puncak salak 1, so management air yang baik akan mempengaruhi kualitas dan keselamatan pendakian. Pos atau simpang bajuri ini terdapat 2 lapangan yang cukup untuk mendirikan tenda yang dipisahkan oleh sungai kecil, di tempat ini bisa juga dijadikan sebagai tempat alternatif mendirikan tenda, tapi kalo dipikir-pikir perjalanan ke puncak masih cukup jauh 5 Km lagi jadi ngapain ngecamp di sini wkwkw. Oia, menurut plang di pintu masuk rimba, jarak simpang bajuri ke kawah ratu sekitar 1,7 Km, dan simpang bajuri ini juga titik temu bagi pendaki yang naik dari Pasir Rengit kemudian melewati kawah ratu, sampai di simpang bajuri lalu naik ke puncak salak 1. Gokil men kalo naik ke Gunung Salak via Pasir Rengit, bakal Lebih ekstrem dari yang kami alami.


Simpang Bajuri, Bisa untuk melepas penat

            Oia, selama pejalanan dari pintu rimba menuju simpang bajuri, kami tidak berpapasan dengan pendaki lain, baru pada simpang bajuri kami bertemu dengan 2 rombongan yang berisi 6 orang dan 2 orang yang sama-sama sedang beristirahat dan akan naik. Bisa dibayangkan betapa sepinya pendakian gunung salak ini.
            HM 0 – HM 6
            Agak-nya perjalanan dari simpang bajuri menuju puncak salak 1 saya bagi-bagi berdasarkan tipe jalur yang dilalui. Kami meninggalkan simpang bajuri dengan energi yang cukup dan riang gembira setelah istirahat sejenak. Trek menuju puncak dimulai dari HM 0 kembali hingga HM 50. HM-HM awal didominasi dengan trek tanah dan akar-akar dengan kontur yang naik turun. Lumayan sebagai pemanasan dan hampir menipu kami karena kami sempat senang karena trek sudah mulai naik, eh tiba-tiba turun lagi, habis itu naik lagi, eh turun lagi. Vegetasi jalur rapat dan semakin jauh semakin becek jalurnya karena didominasi oleh tanah merah dan akar2 yang semakin tinggi.
            Boleh dibilang, jalur HM 0 sampai HM 6 sebagai pemanasan sebelum dihajar oleh jalur Salak sesungguhnya. Hahahaha..
            HM 7 – HM 11
         Selepas HM 6, Jalur masih didominasi dengan kontur yang naik turun. Namun ada yang berbeda dibandingkan dengan jalur sebelum HM7 ini. Potongan jalur versi saya ini mulai menawarkan ujian lain bagi para pendaki, yaitu jalur yang semakin becek, berlumpur dengan tanah merah dan bebatuan yang licin serta rawa yang memakan jalur (Wkwkwk ada rawa hati-hati jebakan batman). Jalur yang semakin ekstrem membuat langkah semakin berat dan lama, tak hanya mengandalkan kekuatan otot namun juga mengandalkan daya pikir otak untuk memilih pijakan yang tidak berlumpur. Salah pijakan, bisa terjerembab ke dalam lumpur dari sedalam mata kaki hingga sebetis. (Waspadalah.. Waspadalah)


Istirahat dulu Bray

           Baru 2 HM, Kami memutuskan untuk beristirahat agak lama sambil makan bekal yang dibawa dari base camp plus sholat dhuhur dijamak dengan sholat isya mumpung pakaian belum terlalu kotor oleh kejamnya jalur Salak ini.  Di tempat istirahat kami bersama dengan 2 pendaki lain yang berasal dari Tanjung Priok naik motor ke Cidahu (Gokil men), dan lebih gokil lagi mereka mendaki menggunakan sendal gunung. Gosong lumpur dah kaki mereka, kejeblos mulu. Positifnya mereka dapat berjalan lebih cepat karena main terabas-terabas aja tanpa mikir pijakan yang safe.


Kaya lagi tes masuk Kopassus

            Sampai di HM 8 tempat kami istirahat sekitar pukul 12 siang kurang, istirahat sholat makan sekitar hampir sejam kami lanjutkan perjalanan menuju puncak. Harapan bisa nge-camp di puncak. Tak di sangka, setelah turunan HM 8 langsung disuguhi pohon tumbang + rawa di bawahnya yang membuat kami harus jalan jongkok mentang kaki agar tidak terjebak lumpur (Cobaan apa lagi ini). Ini juga yang membuat paha kanan saya ketarik, mungkin karena kelamaan istirahat. Setelah oke, baru lanjut perjalanan mengarungi rawa yang becek gak ada ojek, akar batu tajam, tanaman duri di kiri kanan. Mantaps.
            HM 12 – HM 27
         De Javu. Mungkin inilah gambaran trek ini. Setelah 11 HM dengan kontur yang naik turun hingga kami mengira kok kaya gini ya Salak naik turun ga nyampe-nyampe dah. Mulai deh, dari HM 12 setelah lulus dari ujian per-rawa-an yang becek, trek cenderung naik terus paling hanya ada bonus jalan datar atau turunan sedikit kemudian nanjak lagi. Trek nya? Perpaduan antara HM 0 – HM 11. Lho kok gitu? Lah iya kok, mendaki gunung Salak itu semakin banyak HM nya itu semakin berkali-kali lipat ujiannya. Sudah naik terus, banyak akar, tanjakan juga sudah mulai tinggi-tinggi hingga lutut ketemu dada, becek, batu licin hingga tanah merah yang menjerumuskan.
            Pada tahap ini, ujian yang sesungguhnya di mulai. Kaki-punggung sudah terasa pegal, nanjak terus, licin dan hujan. Ya, di tengah perjalanan tiba-tiba hujan deras mengguyur, meskipun vegetasi rapat namun saking derasnya, air hujan masih terasa ke bawah. Kami memutuskan untuk menggunakan jas hujan karena mengantisipasi kedinginan dan pakaian basah kuyup. Naik menggunakan jas hujan memang tidak fleksibel pergerakannya apalagi tanjakan tinggi dan keringat tak bisa keluar karena tertutupi jas hujan. Tak lama berjalan, hujan mulai reda. Ehh.. di HM 20 an mulai hujan lagi. Pake lagi dah, dan saya memutuskan untuk tetap memakai jas hujan entah sudah reda maupun masih gerimis rintik-rintik.
            Sampai jam berapa kami sampai di HM 27? Kami pun tak melihat jam karena mulai dari sini sudah tidak memikirkan ini HM berapa, paling kalau ketemu patok dan ngeh saja. Kalau tidak salah pukul 3 sore. Jujur mulai dari sini fokus mengatur ritme energi, napas dan ketahanan serta tekad perjuangan. Bener ini serius!.
            HM 28 – HM 38 (PUNCAK BAYANGAN)
         Eng ing eng… inilah jalur dengan trek yang Gokil segokil gokil gokil gokilnya (Maap agak lebay), karena kondisi fisik sudah mulai nge-drop, selepas hujan, kabut mulai turun, kram mulai berasa timbul tenggelam, berkali-kali jadi orang lain menyemangati diri sendiri meski dari dalam diri ingin menyerah, limit batas kekuatan yang dirasakan, sampai pasrah (Mpun, mboten malih – Cukup Sekali ini saja). Trek nya gimana? Kombinasi jalur HM 0 hingga HM 27 plus tanjakan yang mulai ekstrem hingga hampir 90 derajat yang tersusun dari akar pohon maupun batu, dengan tali webbing maupun tanpa webbing. Bisa membayangkan? Saya rasa imajinasi saja tidak cukup tanpa mengalaminya langsung.


Tanjakan Jancuk

         Perjalanan ini makin terasa lama karena punggung sudah pegal, kaki beberapa kali kram hingga pandangan sudah mulai tertutup kabut. Oh iya, selepas HM 32 jalur makin ekstrem bukan karena tanjakan iblis yang hampir 90 derajat, namun juga karena jalurnya diapit jurang di kiri dan kanan. Benar-benar ekstra hati-hati, salah fokus dan tidak seimbang bisa bahaya apalagi kondisi sudah mulai sore dengan jarak pandang 5-10 meter. Benar-benar Gokil.
          Bagi saya yang sudah pasrah, beruntung naik bersama tim yang sama-sama saling menjaga dan menyemangati. Kita semua sepakat untuk nge-camp di puncak bayangan karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan lagi dengan kabut yang mulai tebal serta senja yang mulai hilang. Puncak bayangan di HM berapa? Kami pun tak tahu, pokoknya di HM 30 ke atas, HM 33? Bukan, lanjut lag. HM 35? Bukan juga, lanjut lagi, kram lagi. Akhirnya setelah tanjakan dengan tenaga kritis merah kaya hp lowbat, kami melihat tanah datar dengan tenda berdiri di atasnya. Alangkah bahagianya, bisa sampai puncak bayangan. Alhamdulillahhh… Yeayyy.. HM berapa ini? HM 38, artinya masih ada 12 HM lagi or 1,2 KM lagi menuju puncak Manik Salak 1. Bodo amat, yang penting bisa istirahat merebahkan badan, makan mengisi energi.
            BERMALAM DI PUNCAK BAYANGAN
           Tak lama beristirahat karena sudah dikejar dengan gelap malam dan hawa dingin yang mulai terasa. Gunung salak ini tidak terlalu dingin dibandingkan dengan gunung lain mungkin karena tak terlalu tinggi juga karena sering diguyur hujan sehingga suhu udara tidak terlalu ekstrim turun pada malam dan menjelang fajar. Selesai mendirikan tenda, ganti baju karena sudah sangat kotor, becek dan basah diguyur hujan. Untung-nya sesampai di puncak banyangan hujan sudah reda sehingga kami bisa mendirikan tenda dengan tenang.
           Rasa lelah yang sangat bagi saya membuat tubuh ini serasa ingin langsung rebahan. Maklum bagi saya, baru kali ini mendaki gunung dengan membawa tas keril 70 L. Baru pula (Sombong dikit gapapa :P). Setelah menghitung sisa air yang tersedia, kami memutuskan untuk tidak masak nasi dikarenakan saldo air bersih sudah mulai menipis dan badan sudah sangat lelah. Akhirnya kami hanya masak mie dan tampe goreng. Itu saja sudah cukup sebagai pengisi perut karena tubuh sudah sangat lelah. Proyeksi bangun dan summit sehabis shubuh.
            HM 39 – HM 50 (SUMMIT ATTACK)
           Pagi-pagi, kami terbangun setelah tengah malam juga sempat terbangun karena alas tidur yang tidak rata mengganjal akar-akar. Setelah solat shubuh, buang air dan ngobrol dikit kami berangkat menuju puncak salak 1. Jam 6 kami berangkat dengan modal 1 tas keril yang dibawa mas gaos berisi kompor nesting, air dan oat, dan roti tawar. Perjalanan di mulai. Trek selepas puncak bayangan sedikit menurun kemudian langsung di hajar tanjakan jancuk (nama versi saya, karena jancuk tenan tanjakannya hehe), hampir atau bahkan sudah 90° dengan dan tanpa webbing. Saya mikir ini trek gunung atau wall climbing ya. Saya rasa ada 3 tanjakan jancuk yang berurutan. Langsung bikin tubuh capek lagi, untung kemarin nge-camp di puncak bayangan. Gak bisa dibayangin kalo kemarin dipaksain untuk nge-camp di puncak manik.  Membahayakan!


Untung engga bawa keril

Pantang Menyerah...!!

        Oh ya, saran dari kami jika dari Puncak Bayangan menuju Puncak Manik Salak 1 tak usah menggunakan jaket karena bakal terasa gerah dan susah pergerakannya. Suhu Gunung Salak di pagi hari tak terlalu dingin sehingga masih bisa lah naik tanpa jaket plus agar tidak berkeringat naik tanjakan jancuk-nya. Selepas 3 tanjakan ekstrim tadi, masih ada tanjakan-tanjakan lain yang cukup ekstrim dan jalur di samping kiri-kanan jurang. Sekitar sejam setengah kami berhasil mencapai puncak manik 2211 mdpl.
            PUNCAK 1 GUNUNG SALAK, 2211 MDPL
            Finally, Puncak Manik Salak 1. 2211 mdpl. Setelah berjam-jam perjalanan, hampir kehilangan kontrol diri, frustasi di tengah jalan, ingin putar balik tapi sudah setengah jalan sampai pasrah berserah. Mungkin inilah tujuan Tuhan, Allah SWT menuntun saya untuk ikut mendaki gunung salak. Begitu banyak pengalaman berharga saya dapat. Tekad perjuangan, rasa pantang menyerah benar-benar diuji di Gunung ini. Bukan lebay, tapi memang begitu adanya. Pukul stengah 8 kami sampai di puncak manik. Butuh waktu sekitar satu jam setengah dari puncak bayangan hingga puncak salak 1 ini. Pemandangan di puncak salak 1 ini apa adanya, hanya terlihat puncak salak 2, puncak bayangan tempat semalam kami berkemah dan gunung gede pangrango dari kejauhan sebelah tenggara. Memang jika yang kamu cari adalah pemandangan di puncak yang indah, Gunung Salak ini tidak rekomendasi untuk kamu. Tapi jika yang kamu cari adalah perjuangan perjalanan menelusurinya, maka Gunung Salak ini bisa menjadi salah satu rekomendasi yang cocok untukmu. Karna hidup bukanlah hasil akhir yang utama, melainkan bagaimana perjuangan kita melewati, mengarunginya. (Cailahh Quote banget gue :D).


Puncak 2211 mdpl

Thanks Team

           Seperti ritual umum pendaki gunung, sesampainya di puncak tak afdhol jika tak mengabadikan momen. Foto di puncak gunung. Kami di puncak bersama beberapa tenda yang sudah berdiri sebelumnya. Mungkin mereka sampai di puncak dari kemarin atau berangkat lebih pagi dari kami sehingga dapat sampai puncak lebih awal. Puncak salak 1 tak terlalu luas, hanya muat sekitar 15 tenda dengan sekat-sekat rerumputan alang-alang. Selain itu, di puncak salak 1 ini terdapat makam mbah salak dan bangunan yang kami baca di cerita pengalaman orang lain terdapat tampungan air hujan yang bisa dimanfaatkan para pendaki sebagai sumber air. Tak lupa kami niatkan untuk berziarah ke mbah salak, tak ada salahnya karena kami berada di gunung salak.


Boy Band

        Perut keroncongan karena belum diisi sedari pagi. Kami buat oat seadanya yang dimakan bersama dengan roti tawar. Ternyata stok air yang kami bawa habis untuk masak oat tinggal menyisakan sedikit air yang kami bagi seadanya untuk berlima. Memang management air saat mendaki gunung apa saja itu sangat penting. Kau tak perlu belajar di kelas bangku sekolah maupun kuliah karena yang akan mengajarimu langsung adalah alam. Selesai foto, makan, minum kami kembali turun ke puncak bayangan karena waktu sudah cukup siang, jam 8 pagi. Cuma setengah jam kami di puncak, dengan perjalanan menuju puncak yang berjam-jam. Gokil. Hahahah. Tapi di situlah nikmatnya mendaki gunung. Sehingga total perjalanan yang kami lalui dari base camp Cidahu hingga puncak salak 1 adalah sbb :
-          Base Camp – Pintu Rimba : 1 Jam (1 km)
-          Pintu Rimba – Simpang Bajuri : 1,5 Jam (3 km)
-          Simpang bajuri – Puncak Bayangan : 8 Jam (3,8 km)
-          Puncak Bayangan – Puncak Manik (Salak 1) : 1,5 Jam (1,2 km)
Total Perjalanan 12 Jam dengan jarak tempuh 9 Km. Dengan catatan kondisi jalur pendakian licin dan becek selepas hujan. Begitulah sedikit (eh banyak ya ini, kaya curcol hehehe) kisah perjalanan kami mendaki Gunung Salak dari Base Camp sampai Puncak Salak 1. Untuk cerita turun dari Puncak Salak hingga Base Camp kembali akan saya tulis pada postingan terpisah mengingat postingan ini saja sudah sangat panjang nanti kamu tidak kuat dan mabok hehe. Perjalanan pulang pun tak kalah menantang dan butuh tekad, semangat dan perjuangan yang tinggi.
              

             Akhir kata, mungkin Salak bagiku merupakan singkatan dari Salahkah aku bila mencintaimu. (Halah lambemu mas!). Kesan : Sampun, Mboten Malih!!!!