Rabu, 28 November 2018

Menembus Batas-Batas, Menuju Puncak Arjuno Welirang


Menembus batas. Itulah kata-kata yang mungkin dapat mewakili perjalanan pendakian gunung Welirang-Arjuno.  Semoga pengalaman ini dapat menjadi insight bagi teman-teman yang membaca tulisan ini yang nantinya akan mendaki gunung Arjuno maupun Welirang terutama via jalur Tretes. Mohon maaf agak Panjang, yang tidak kuat semoga diberi kekuatan. Hahahaa….


Gunung Arjuno Welirang

-          Menuju Basecamp Tretes

Perjalanan ini kami lakukan hanya tiga orang (Saya, Akhmad, dan Udin). Rencana awal tim kami terdiri dari lima orang (plus Mas Opan dan Yudi), namun mereka berdua tidak dapat ikut karena ada suatu hal yang tidak bisa ditinggal. Sempat gamang karena tim tinggal bertiga, kami tetap bulatkan tekad untuk terus melanjutkan perdakian ini hingga terciptalah pengalaman-pengalaman yang saya coba bagi di tulisan ini.

Perjalanan kami diawali pada hari Jum’at, 16 November 2018 dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Menggunakan kereta Kertajaya kami menuju Surabaya Pasar Turi. Selepas sholat jum’at dan cetak tiket kami melakukan boarding di pintu masuk, ada hal yang tak biasa bagi kami yaitu saat petugas Polsuska menanyakan dan menggeledah tas kami untuk mencari tabung gas portable. Sontak hal ini cukup mengagetkan karena sebelumnya belum pernah dan bikin dugal Akhmad karena menurutnya hal ini cuma akal bulus petugas untuk mencari untung karena tabung-tabung yang disita itu bisa dijual kembali. Tabung gas yang kami bawa kini tinggal 2 dari 4, karena yang 2 kami serahkan ke petugas, yang 2 lagi kami umpeti di sela-sela tas dengan berbihing sedikit kepada petugas. Yakali jujur amat jadi orang.

Stop dugal, kereta pun berangkat. Hal lain yang tak diinginkan pun muncul. Kereta 14 yang kami duduki terasa panas karena 2 dari 6 AC yang terpasang rusak, mati atau apalah namanya sehingga hawa di dalam gerbong kereta jadi panas, sumpek, lepek. Bikin bedmud kambuh!. Setelah beberapa orang coba mengontak kondektur yang bertugas, termasuk saya yang coba mention twitter kai, AC yang tadinya parah jadi agak ademan sedikit. Tak mau bedmud menguasai awal perjalanan kami, kami pun mulai bersikap bodo amat meski hawa terasa sumpek. Perjalanan mulai lancar saat memasuki malam hari karena suhu udara menjadi agak dingin. Jam per jam pun berlalu hingga tak terasa kereta sudah sampai di stasiun Surabaya Pasar Turi.

It’s feeling nostalgic! Kedatangan kereta di stasiun ini pada dini hari mengingatkan saya saat pertama kali pergi ke Malang via Surabaya 5 tahun yang lalu. (Monmaap alay dikit). Setelah setor tunai  dan sholat isya kami coba keluar stasiun, siapa tau ada bapak bapak driver yang menawarkan diri. Ternyata tidak ada. Akhirnya kami coba menggunakan aplikasi grabcar. Dapat, menuju bapak driver yang ada di luar zona merah stasiun, berangkan ke Basecamp Tretes.

Tretes – Surabaya ternyata merupakan jalur wisata favorit seperti Jakarta -  Puncak, Bandung – Lembang, Jogja – Kaliurang. Pantas ada grab yang mau antar kami. Rute dari Stasiun Pasar Turi menuju Tretes melewati Pertigaan Teminal Pandaan di Pasuruan. Capek, saya ketiduran di mobil hingga tiba-tiba mobil berhenti di daerah Pandaan untuk belanja logistik bekal pendakian di salah satu minimarket. Selesai belanja, mobil kemali melaju, menanjak kea rah Tretes. Sepanjang perjalanan, bapak grabcar bercerita tentang daerah Tretes. Menawarkan villa bahkan menawarkan villa + cewek, Hhahaaa.. Busettt kaga jadi mendaki apa nginep di villa aja. Wkwkwk. Ternyata Tretes terkenal dengan villa dan ceweknya, saya baru tau. Hahahaa, pengalaman dan pengetahuan baru. Next time aja pak :D. Pukul 04.00 kami sampai di basecamp pendakian Gunung Arjuno Welirang yang berada di depan hotel Sri Tanjung. Hotelnya bagus coy, tapi basecamp pendakiannya ibarat batu kali disejajarkan dengan batu bacan. Wkwkwk  

-          Basecamp – Pos I (Pet Bocor)

Sesampainya di basecamp, kami bertemu dengan rombongan yang kami temui di Stasiun Pasar Turi tadi dan beberapa rombongan pendaki yang menginap di basecamp. Tidak disediakan balai atau saung untuk tidur sehingga kalaupun mau menginap di basecamp, tidur di depan pintu-pintu bangunan yang ada di sana. Jam 4 pagi, langit sudah terang karena shubuh di sini jam setengah 4. Bergegas kami repacking, mandi dan sholat. Saya dan Udin mandi sholat di masjid dekat basecamp, sekitar 300m, lumayan skalian jalan-jalan pemanasan. Jam 6 pagi kami sarapan di warung yang ada di basecamp serta membeli nasi bungkus untuk bekal makan di tengah perjalanan. Jam 7 pagi, registrasi pos pendakian di buka. Bea masuk Kawasan hutan wisata sebesar 5000 rupiah plus meninggalkan fotokopi ktp salah satu anggota rombongan dalam hal ini yang ditinggalkan adalah ktp saya. Oiya, Kawasan basecamp sampai pos I Pet Bocor merupakan Kawasan hutan wisata, baru selepas pos I merupakan area pendakian. Kata bapak petugas nanti di pos I bayar lagi 10.000 rupiah untuk simaksi.

Wefie di basecamp


Perjalanan dimulai. Trek awal selepas basecamp didominasi bebatuan tersusun rapi, bahkan sangat rapi, menanjak, gass poll, ditemani nyamuk-nyamuk hutan yang jumlahnya lumayan banyak. Cukup menguras tenaga dan bikin ngos-ngosan. Trek jalur terus menanjak dengan belokan-belokan hingga dijumpai pertigaan. Kami ambil ke arah kiri menuju jalan rerumputan dan alang-alang hingga kembali bertemu dengan jalur batu beraspal yang sepertinya jalur mobil jeep. Kami kemudian belok kiri mengikuti jalan yang kembali menanjak hingga bertemu warung. Selepas warung kembali jalur menanjak dengan kontur batu beraspal. Setelah +- 50 menit perjalanan kami akhirnya sampai di pos I Pet Bocor. Pos berupa bangunan permanen yang di dalamnya disediakan fasilitas toilet dan mushola.

-          Pos I (Pet Bocor) – Pos II (Kopkopan)

Kami melakukan registrasi ulang di pos Pet Bocor dan membayar simaksi sebesar 10.000 per orang per hari, dikarenakan pendakian kami memakan waktu 3 hari maka tiap orang membayar 90.000 per orang. Selesai membayar tetiba ada sebuah mobil jeep yang datang dan membuka portal. Anjay bikin kaget, memang kabarnya mobil jeep dapat naik hingga ke pos 3, pos pondokan untuk angkut naik turun hasil tambang belerang. Tetapi saat itu, mobil jeep mengangkut beberapa pendaki. Enak bener naik jeep sampai pos 3. Kami bertanya ke petugas di pos berapa bea sewa jeep sampai pos 3, beliau jawab bea sewa jeep sampai pos 3 setahu beliau 1.500.000 rupiah sekali jalan. Wow. Mending jalan kaki aja deh buat sobatmisqueen seperti kami hehehee..




Perjalanan dilanjutkan selepas pos Pet Bocor dengan trek jalur bebatuan tidak rata yang beberapa kali menyulitkan kami karena langkah yang harus diambil Panjang atau pendek tidaklah jelas. Cuaca yang terik membuat keringat beberapa kali berjatuhan. Panas, nanjak terus, bebatuan. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat dan mengisi tenaga dengan makan cemilan maupun minum. Perjalanan benar-benar sangat melelahkan, padahal setengah perjalanan pun belum, tas keril terasa sangat berat. Vegetasi antara pos pet bocor dengan pos kopkopan didominasi area lahan terbuka dengan beberapa kali dijumpai bekas lahan yang terbakar. FYI, Gunung Arjuno kabarnya telah mengalami kebakaran pada bulan Agustus kemarin. Petak lahan hitam legam dengan alang-alang yang sudah mulai tumbuh muncul di antara legamnya lahan yang telah terbakar. Beberapa menit terakhir menuju pos Kopkopan, cuaca menjadi agak bersahabat dengan awan yang mengayomi langkah-langkah kami. Setelah sekitar 4 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di pos II, Pos Kopkopan, yang terdapat sebuah warung dengan mushola dan tentunya sumber air yang cukup melimpah dan deras.

-          Pos II (Kopkopan) – Pos III (Pondokan)

Kami beristirahat melepas lelah dan keril tentunya, makan bekal yang tadi pagi beli di warung basecamp sambil minum nutrisari plus gorengan di warung yang tersedia di sana. Harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal, untuk segelas nutrisari dihargai 3000 rupiah, untuk gorengan 2000 rupiah dan kerupuk 1000 rupiah. Makan, wudhu sambil membasuh tubuh dengan kesegaran mata air yang terpancar dari paralon yang airnya segar tak terkira, lalu tak lupa kami sholat. Sambil menunggu sholat bergantian, tak lupa mengecek hidrasi tubuh dengan cara cek warna urin. Ternyata kami mengalami dehidrasi akut, segera kami minum yang banyak mumpung sumber air melimpah di pos ini.

Setelah cukup istirahat sekitar satu jam di pos ini, perjalanan kami lanjutkan menuju pos 3, pos pondokan. Jarak dan waktu tempuh lebih lama dibanding dari pos I ke pos II. Dan menurut saya, perjalanan tahap ini yang paling dramatis. Selepas pos II, trek kembali naik cukup curam dengan susunan batu yang kembali tidak tertata. Tak lama berjalan, kami berpapasan dengan mobil jeep yang tadi pagi kami jumpai mau naik di pos pet bocor. Wah cepat juga perjalanan karena sekarang sudah bertemu kami kembali dengan posisi akan turun, namun agak ngeri juga dan ekstra waspada karena jalur yang berbatu tidak rata serta sempit. Ngeri euy.

Selama perjalanan kali ini kami beberapa bertemu dengan beberapa rombongan yang akan naik juga dan beberapa rombongan yang akan turun (di mana hal ini tidak kami temukan pada perjalanan menuju pos II). Kebanyakan rombongan yang kami jumpai akan menuju gunung Welirang, sangat jarang yang akan menuju gunung Arjuno, kalaupun ada hanya beberapa dan tidak ada yang berencana menuju 2 gunung sekaligus seperti tujuan kami. Wajar saja karena jalur menuju gunung Arjuno ada banyak sedangkan jalur menuju gunung Welirang hanya satu, yakni jalur Tretes ini. Amazing. Beberapa kelompok menyarankan kami untuk camp di lembah kidang karena sudah lebih dekat ke Puncak Arjuno, tapi kami liat sikon nantinya. Kembali ke trek jalur yang bikin capek njobo njero, trek sudah terdapat tanjakan curam dan Panjang yang bikin tiap beberapa langkah harus berhenti untuk istirahat. Nah di sini pengalaman tidak enak di mulai ketika Akhmad mulai merasakan ada yang mengikuti langkahnya di belakang, padahal di belakang dia tidak ada rombongan lain. Mencoba berpikir positif saya dan Akhmad berpikir masa bodoh hingga suatu tanjakan yang sangat Panjang dan curam. Saya piker itu adalah tanjakan terakhir sebelum pos 3. Ternyata tak semudah itu Ferguso, masih naik dan Panjang perjalanan. Gila!.



Selepas tanjakan PHP itu, saya sudah mulai benar-benar lemas, mental sudah mulai down, ibarat main PES / FIFA moral pemain itu sudah biru atau ungu, padahal waktu melahap tanjakan PHP itu mental sempat hijau atau bahkan merah karena mendengar suara orang-orang di atas sana yang membuat saya mengira di atas sana itu pos 3. Ternyata. Trek kembali naik namun kali ini cukup landau tapi Panjang hingga keliahatan ujungnya. Dominasi pepohonan mulai terlihat yang membuat suasana makin gelap karena hari semakin sore dan mendung. Suara berisik yang tadi saya dengar ternyata berasal dari kelompok lain yang sedang beristirahat. Suek!. Kami sempat beristirahat cukup lama, merebahkan tubuh sambil memejamkan mata sebentar. Sekitar 10 menitan kami terlelap hingga hawa dingin mulai membangunkan kami.

Perjalanan pun di lanjutkan, namun kembali Akhmad merasakan sesuatu hal yang ganjil yaitu terciumnya aroma busuk di belakangnya, padahal di belakang dia tidak ada siapa-siapa dan di tempat istirahat tadi tidak ada sisa kotoran atau sumber bau busuk yang lain. Makin kalut dengan keadaan tubuh yang capek dan mental yang down, trek jalur menyuguhkan tanjakan yang lumayan curam dan Panjang. Mungkinkah ini tanjakan asu yang merupakan tanjakan terakhir sebelum pos 3? Ah saya tak mau memikirkannya lagi. Langkah demi langkah, istirahat sambil berdiri, jalan lagi, istirahat lagi hingga rombongan kami terpisah menjadi 2 dengan jarak beberapa puluh langkah. Saya dan Akhmad berada di belakang sedangkan Udin berada di depan sendirian. Tanjakan itu pun terlewati hingga menyisakan turunan dan kembali tanjakan di depan. Kondisi jalur kini berubah menjadi pohon-pohon yang lebih tinggi namun terbakar di bawahnya, sepertinya daerah ini habis terbakar baru-baru ini. Hingga pada suatu saat Akhmad kebelet kencing dan meminta saya untuk sedikit menjauh dan menunggu. Setelah selesai, Akhmad mengembalikan botol air yang digunakan untuk cebok ke arah saya, tiba-tiba. Kkrraaakkk… kraakkk… suara misterius mengerikan yang berasal dari pohon tumbang dan itu menjadi pengalaman pertama bagi saya. Saya kira malah saat itu longsor karena suara hamper sama dan seakan-akan tanah di sebelah kiri atas kami mulai turun. Kami seketika berlari menjauh dan Brruukkkk..! Pohon tumbang persis di area tempat Akhmad kencing tadi. Jantung berdebar kencang tak menyangka kejadian yang barusan terjadi, suasana menjadi semakin mencekam karena hari semakin sore menjelang maghrib dan diapit oleh pohon-pohon tinggi yang bagian bawahnya terbakar. Kami rasa bagian bawah pohon yang terbakar menjadi rapuh sehingga tidak kuat menopang tubuh pohon ketika dideru angin. Pohon yang tumbuh ada 1 namun menimpa pohon di bawahnya sehingga ikut roboh. Jalur menjadi tertutup pohon.

Tak mau kondisi dipengaruhi oleh suasana barusan, kami langsung jalan kembali sambil mengabari kelompok di depan yang terpisah bahwa ada pohon yang tumbang yang mungkin akan menghalangi pisahan kelompok itu di belakang. Tak lama setelah tanjakan terakhir akhirnya kami sampai di pos 3, pos pondokan. Hari sudah mulai gelap dan dingin. Terdapat warung di sisi kanan. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di sini, bukan di pos lembah kidang karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan dan hari yang mulai gelap serta udara dingin mulai menusuk.

Setelah tenda berdiri, beberes barang, ganti baju lalu sholat dan masak mie dan kopi seadanya kami langsung beristirahat karena Lelah yang sangat atas 11 jam perjalanan dari basecamp menuju pos pondokan.

-          Menuju Puncak Welirang 3156 mdpl

Jam 3 kami bangun untuk bersiap menuju puncak Arjuno seperti rencana awal yaitu mendaki puncak Arjuno dahulu kemudian puncak Welirang.  Masak air untuk kopi dan makan roti susu sebagai bekal energi. Saya merasakan kondisi yang cukup dingin dan eneg yang mungkin karena kemasukan banyak angin. Setelah Akhmad setor tunai di semak-semak yang gelap, kami bersiap untuk jalan menuju Puncak Arjuno. Tapi adzan ternyata telah berkumandang jam setengah 4 pagi. Ya, shubuh di daerah sini sudah di mulai jam setengah 4 pagi. Akhirnya kami sholat dahulu lalu kembali melanjutkan perjalanan sekitar pukul 4. Di awal perjalanan kami tidak tahu jalan kemana yang menuju puncak Arjuno, mana yang menuju puncak Welirang. Kami mengikuti jalan berbatu ke atas saja. Jalan langsung menanjak dan berbatu, ada beberapa percabangan jalur yang cukup membuat bingung namun sebenarnya ujungnya sama saja. Kami mulai berfirasat ini adalah jalur menuju puncak Welirang. Sudah cukup lama berjalan, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke puncak Welirang. Tak lama, saya merasakan perut mulas dan pengen mengeluarkan sesuatu isi di perut. Lekas saya mencari semak dan setor tunai di situ. Lagi-lagi ini merupakan pengalaman saya setor tunai di alam terbuka dengan kondisi gelap dan rerumputan alang alang yang cukup membuat gatal.



Setelah lega, perjalanan dilanjutkan menyusuri jalur yang terlihat bekas trolly para penambang pasir yang cukup membantu. Langit mulai terang dan perlahan cahaya matahari mulai menembus sela-sela kanopi pohon yang kami lewati. Pukul 5 langit sudah cukup terang karena matahari sudah terbit. Trek jalur nanjak terus yang membuat kami jadi cukup capek, apalagi cuaca kini mulai berangin kabut yang cukup kencang yang membuat kami mulai kedinginan dan memaksa terus melanjutkan perjalanan hingga sampai pada suatu lahan datar yang dinamakan yang merupakan pertigaan menuju Puncak Arjuno lewat gunung kembari I dan II.
Gunung Panderman dan Bukit lainnya


Arjuno dan Gunung Kembar

Selepas Pertigaan


Selepas pertigaan, jalur melewati pinggiran tebing dengan kontur datar sedikit naik. Cukup Panjang hingga berada di belokan di mana puncak gunung Welirang terlihat sangat jelas dengan trek pasir dan kepulan asap dari kawahnya. Jalur menjadi agak naik hingga benar-benar naik untuk mencapai bukit yang kemudian tinggal lurus menuju puncak Welirang. Suasana berkabut cukup tebal dengan angina yang berhembus cukup kencang membawa aroma belerang yang menyengat, terutama jalur cekung persis sebelum puncak Welirang. Akhirnya pada pukul 7 pagi kami sampai juga di puncak Welirang 3156 mdpl. Nampak gunung kembar 1 dan 2 serta puncak Arjuno terlihat dari sini meski sedikit tertutup kabut.

Menyelusuri pinggiran tebing

Sebelum tanjakan menuju puncak
Puncak Welirang yang kelihatan


Setelah ritual mengabadikan momen di puncak, sekitar 20 menit kemudian kami turun dari puncak Welirang melewati jalur yang sama seperti kami menuju puncak tadi. Perjalanan terasa enteng karena trek jalur panjang cenderung datar sedikit turun. Sesampainya di pertigaan yang menuju gunung kembar 1 dan 2, kami memutuskan untuk terus menuju Pondokan karena energi belum terisi dan persediaan air yang tinggal setengah botol yang tidak memungkinkan kami pakai untuk menuju Puncak Arjuno via Gunung Kembar 1 dan 2. Setelah hamper 2 jam perjalanan akhirnya kami sampai kembali di Pondokan.


Puncak Welirang





-          Menuju Puncak Arjuno 3339 mdpl

Sesampainya di tenda kami sedikit rebahan, capek juga summit gunung Welirang yang didominasi trek naik terus menerus. Cukup istirahat, saatnya masak nasi dan lauk pauk sebagai bekal untuk menuju puncak Arjuno. Agak sedikit keraguan awalnya pada kami karena hari sudah cukup siang dengan kondisi fisik yang mulai Lelah setelah summit Gunung Welirang apa mau lanjut summit Arjuno yang lebih Panjang waktu tempuh serta lebih sulit trek jalurnya. Setelah cukup makan dan sholat dhuhur ashar, pukul 12 siang kami nekat bulat menuju puncak Arjuno. Sing penting yakin, entah sampai atau tidak yang penting usaha dahulu,

Lembah Kidang


Ternyata jalur menuju lembak kidang (jalur menuju puncak Arjuno) berada dibawah warung tepat setelah sampai di pos pondokan dari pos kopkopan. Ambil jalur ke kanan kalo dari atas atau ke kiri kalau dari bawah. Trek langsung naik bukit kemudian cenderung datar, tak lama sekitar 30 menit kami sampai di lembah kidang. Lembah kidang ternyata sangatlah bagus dengan tebaran sabana hijau. Untuk sumber air berada di lembah kidang 2. Setelah Udin mengambil air, perjalanan dilanjutkan. Trek jalur langsung naik tanpa ampun. Gak pake santai. 2x naik cukup curam, sampailah pada lembah sabana lain yang konon di hutan sebelah sana adalah alas lali jiwo.

Again


Selama di perjalanan cuaca berkabut dan Nampak di ujung bukit sana terdengar suara gemuruh. Kami (Kecuali Udin) yang tidak bawa jas hujan berharap tidak hujan sambil bertanya-tanya pada beberapa pendaki yang turun setelah summit Arjuno. Rupanya kami kelompok terakhir yang summit pada hari itu. Jelas lah, orang summit jam 12 siang. Dan ada beberapa pendaki yang turun yang tidak yakin pada kami untuk mencapai puncak Arjuno hari itu juga, sambil diingatkan bahwa nanti pasti turun malam hari. Hal ini yang membuat kami sedikit termotivasi karena merasa diremehkan. Jalur kembali naik cukup curam, kabut beserta angina dingin menemani perjalanan. Jaket yang tadinya dislempangkan kini dipakai plus sarung tangan karena udara sangat dingin. Beberapa kali dirasakan rintik uap air yang dibawa oleh kabut. Pukul 4, kami benar-benar capek dan hampir frustasi dengan tanjakan yang tak habis-habis. Di tengah kecapekan itu saya menyemangati diri sendiri untuk menjaga mental jangan sampai ungu maupun biru, minimal kuning atau hijau. Hal itu yang saya katakana pada Akhmad karena dia terlihat sangat Lelah dengan 2 trackpole yang dia bawa.

Setelah berkali-kali ditipu ujung bukit yang ternyata di atasnya masih ada bukit lagi. Pada pukul setengah 5 sore kami berhasil berada di bukit tertinggi yang di atasnya tak ada bukit lagi. Ternyata jalur masih berlanjut dengan kanan kiri jurang hingga sampai di pasar dieng dengan makam orang-orang yang gugur di Gunung Arjuno. Setelah melewati makam, jalur agak naik sedikit hingga sampai ke puncak. Saya kira, atau bahkan kami kira ini adalah puncak Arjuno hingga kabut yang hilang menyibakkan fakta bahwa puncak Arjuno ada di seberang sana. Turun lalu naik lagi. Hahahahaa… Puncak PHP. Diamputtt.. Jujur, mental saat itu naik turun tidak jelas antara merah karena sudah dekat puncak sampai ungu karena capeknya sudah tidak ketulungan. Dengan tekad 45 dan sisa-sisa tenaga akhirnya kami turun yang turunannya cukup curam lalu melewati lembah penghubung dan naik bukit batu yang tertancap bendera merah putih sebagai tanda bahwa di situ merupakan puncak Gunung Arjuno, Puncak Ogal-Agil.

Trek menuju pasar dieng

Menuju puncak php

Sabana dan Puncak Welirang



Peristiwa bersejarah tercatat pada pukul 5 sore, kami berhasil menggapai Puncak Arjuno setelah sebelumnya menggapai Puncak Welirang pada pagi harinya. Teriak-teriak sepuasnya, cuaca cerah tak seperti yang diceritakan orang-orang yang turun tadi. Rejeki anak sholeh. Hehehe.. Tampak puncak gunung semeru gagah berdiri dibalut awan-awan di sebelah tenggara serta mentari yang akan mulai memasuki keharibaannya di sebelah barat daya. Energi seakan tercharge meski hanya sedikit. Setelah ritual mengabadikan momen dengan hembusan angina yang sangat kencang di puncak. 10 menit di puncak, kami akhirnya turun dari puncak. 10 menit doang di puncak dengan 5 jam perjalan menggapainya. :D Mengejar mentari yang mulai tenggelam di ufuk horizon kami menuju pasar dieng. Kami turun setelah pasar dieng, yang kami rasa tadi tidak lewat sini. Udin yang di depan sebagai leader sepertinya bingung atau disesatkan ketika memilih jalur. Saya dan akhmad meyakinkan Udin bahwa ini salah jalur, akhirnya kami kembali naik dan menemukan pita putih yang merupakan petunjuk jalur yang benar. Alhamdulillah. Setelah berada di atas, Nampak sunset yang begitu indah di antara gumulan awan yang tidak akan kami sia-siakan untuk diabadikan.

Puncak


Puncak Semeru


Setelah puas mengabadikan sunset Arjuno kami meneruskan perjalanan pulang dengan kondisi langit yang sudah mulai gelap. Sinar headlamp menjadi petunjuk cahaya untuk memilih jalur yang benar. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan 2 orang yang akan turun juga yang tadi kami temui di puncak. Dengan rasa kehati-hatian dan percaya kepada Udin sebagai leader pencari jalur di depan dengan tak lupa berdoa agar tetap berada di jalur yang benar. Grusak-grusuk melewati turunan curam yang tak terlihat berkali-kali. Ada untungnya juga turun pas langit gelap sehingga tidak terlihat curamnya jalur yang bisa saja membuat mental down. Namun tetap dengan kehati-hatian yang ekstra karena tidak terlihat mana batas antara jalur dengan jurang. Cukup mengerikan memang namun dijalani tanpa sibuk memikirkannya.


Sunset 


Pukul 8 akhirnya kami sampai di lembah kidang 3 yang ditandai dengan jalur mulai datar yang artinya kami sebentar lagi sampai di lembah kidang 2 dan mata air. Tak lama setelah itu kami sampai di lembah kidang 2, di mata air, kami berpisah dengan 2 orang tadi yang ternyata mereka ditinggal dari rombongannya yang total berjumlah 11 orang. Bajingan main ninggalin kelompok. Sesampainya di mata air kami melepas penat sambil membasuh muka dan minum air segar. Tak lama kami langsung gass pol menuju pos pondokan yang ternyata cukup susah melihat jalur karena tertutup semak semak. Pukul 9 kami sampai di pondokan. Alhamdulillah. Syukur pada Engkau yang telah mengizinkan kami menggapai 2 puncak, Arjuno Welirang dalam satu hari. Ganti baju, sholat, masak seadanya lalu tidur. Akhmad Nampak sakit masuk angin tidur mendahului.

-          Pos III (Pondokan) -  Basecamp

Pagi, Senin 19 November 2018 kami bangun agak siang meski jam 4 sudah bangun karena hawa dingin. Setengah 5 pagi kami sholat shubuh dengan suasana langit yang sudah mulai terang, mengambil air di mata air pos pondokan yang berupa kolam tampungan air yang makin menipis. Kami menjumpai kelompok yang baru datang yang akan ke Puncak Arjuno tapi arahnya ke Puncak Welirang. Tak mau kelompok lain tersesat seperti kami, kami mengarahkan mereka jalur menuju lembah kidang yang benar. Memang, di pos pondokan ini minim atau bahkan tidak ada tanda kemana arah Welirang, kemana arah Arjuno sehingga orang yang baru pertama kali ke sini dapat tersesat seperti kami.

Setelah makan dan beberes tenda dan packing. Kami turun dari pos pondokan pada pukul 9 pagi. Menuruni jalur tempat pohon tumbang kemarin sabtu. Melompatinya, kembali teringat kengerian sabtu kemarin. Jalur turun terasa ringan hingga kami sampai di tanjakan asu PHP. Bersiap menuruni tanjakan curam dan Panjang dengan kontur bebatuan yang bikin sakit kaki. Setelah itu kami terus turun melewati jalur berbatu yang sangat Panjang dan menyakitkan kaki. Pukul setengah 12 kami sampai di pos kopkopan. Istirahat sejenak, makan gorengan dan minum nutrisari sertta tentunya isi ulang air dari mata air pos kopkopan.

Pukul 12 kami bersiap kembali turun, tiba-tiba cuaca berubah menjadi berkabut tebal, sangat tebal dengan hembusan angina yang membuat hawa menjadi dingin seketika. Untung kabut hanya lewat naik ke atas sehingga cuaca kembali terang meski tetap berawan menggantung di langit. Perjalanan turun dari pos kopkopan menuju pos pet bocor rasanya sangat Panjang tak habis-habis, mungkin karena sudah capek maksimal dan trek jalur bebatuan yang tidak serata menuju pos pondokan. Beberapa kali kami melewati jalur pintas tidak lewat jalur bebatuan untuk mobil jeep. Sempat kami lama masuk jalur hutan agak lama dan masuk jalur kebun warga. Tak mau tersesat akhirnya kami memilih kembali ke jalur yang sudah pasti yaitu jalur bebatuan meski sakit kaki ini. Hahahaa..


Melewati pohon tumbang

Sepatu 9 puncak


Setelah 2 jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos pet bocor, laporan kepada petugas. Tiba-tiba hujan turun cukup deras. Setelah kami istirahat sebentar, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan turun menuju base camp karena memang sudah tanggung sedikit lagi basecamp serta mengejar waktu untuk kembali ke stasiun Surabaya Pasar Turi. Ternyata baru sebentar jalan, hujan semakin deras, akhirnya kami ngiyup di warung yang tersedia di antara pos 1 dan basecamp. Kami pesan teh hangat sembari menunggu hujan agak reda. 15 menit hujan sudah agak reda, kami kembali jalan menembus rintik hujan menuju basecamp. Jalur menuju basecamp yang berbatu dan menurun curam semakin menyulitkan langkah karena jalur menjadi semakin licin dan harus ekstra hati-hati. Akhirnya setelah berjalan berapa puluh ribu langkah, kami sampai juga di basecamp. Perjalanan dengan pengalaman baru yang tak terlupakan. Arjuno Welirang.

Total estimasi waktu dari basecamp menuju pos pondokan :

Basecamp -  Pos Pet Bocor                 : 1 Jam

Pos Pet Bocor -  Pos Kopkopan         : 4 jam + Istirahat 1 jam

Pos Kopkopan -  Pos Pondokan        : 5 Jam

Total                                                       : 11 jam

Pos Pondokan – Puncak Welirang    : 3 Jam

Pos Pondokan – Puncak Arjuno        : 5 Jam

Estimasi waktu ini tergantung masing-masing pendaki karena fisik dan mental setiap orang berbeda-beda. Kami tergolong pecel lele, pendaki cepat Lelah. Jadi harap maklum ya. :D Sekian share pengalaman kami mendaki Gunung Arjuno Welirang dalam sehari. Semoga pengalaman kami dapat berguna dan menginspirasi teman-teman pembaca yang lain. Salam lestari.

INGAT JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN. BAWA KEMBALI SAMPAHMU

JANGAN TINGGALKAN APAPUN KECUALI JEJAK, JANGAN AMBIL APAPUN KECUALI FOTO, DAN JANGAN BUANG APAPUN KECUALI WAKTU.

PS : GUNUNG ARJUNO WELIRANG INI TERMASUK CUKUP KOTOR APALAGI DI POS PONDOKAN. TERDAPAT BANYAK SAMPAH DI MANA-MANA. JANGAN DITAMBAHI SAMPAHNYA!