Selasa, 15 Januari 2019

ROMANTIKA KEINDAHAN GUNUNG SUMBING via BUTUH, KALIANGKRIK

Gunung Sumbing merupakan salah satu dari gunung triple S (Slamet, Sindoro, Sumbing) yang ada di Jawa Tengah. Memiliki puncak tertinggi 3371mdpl membuat gunung ini menjadi gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa setelah gunung semeru dan gunung slamet. Selain itu, posisi yang berdekatan dengan gunung sindoro membuatnya disebut gunung kembar seperti gunung merbabu dengan gunung merapi. Jalur pendakian gunung ini ada berbagai macam, dari yang paling terkenal yaitu via Garung, Wonosobo; Bowongso; Kledung, Cepit; Lamuk; Banaran; Mangli, Kaliangkrik dan Butuh, Kaliangkrik, Magelang. Pendakian kali ini, kami akan melalui jalur dari dusun Butuh, Kaliangkrik, Magelang.

Gunung Sumbing dan Embung Kledung

Kami berlima memulai perjalanan dari Jakarta, berangkat Jumat malam selepas kerja jam 9 menggunakan mobil carteran. Perjalanan cukup memakan waktu, terutama jakarta - cikampek dalam waktu 5 jam karena macet dampak pembangunan elevated tol, LRT dan Kereta Cepat. Kami melewati jalur sepanjang pantura sampai di Weleri kami belok ke selatan menuju kaliangkrik, Magelang. Setelah 15 jam perjalanan, sedikit nyasar di daerah menuju dusun Butuh karena kami baru pertama kali semua, pukul 12 siang kami sampai di dusun Butuh, langsung menuju basecamp.

Setelah bongkar muat barang, kami menuju basecamp dengan jalan yang curam menanjak beton. Cukup membuat ngos-ngosan, langsung digas cuy. Sesampainya di basecamp kami bersiap, makan, buang air, sholat, tak sempat mandi karena air yg sangat terbatas.

Kami berlima


Preview Pendakian Gn. Sumbing via Butuh Kaliangkrik


Basecamp - Pos 1

Pendakian dimulai pada pukul 14.00. Bergerak dari basecamp menelusuri anak tangga curam disamping rumah-rumah warga menuju gerbang pendakian. Cukup menguras tenaga. Sesampainya di gerbang kami foto-foto dahulu sebelum melanjutkan perjalanan dengan trek anak tangga berbatu dengan pemandangan kanan kiri berupa kebun warga. Beberapa kali berjumpa dengan warga yang turun membawa hasil sayuran maupun naik menggunakan motor. Kondisi berkabut membuat hawa terasa dingin. Setelah tiga kelokan dan satu tanjakan panjang. Kami sampai di pos 1. Pos 1 ditandai dengan sebuah plang. 1 jam perjalanan dari basecamp menuju pos 1.

Gerbang Pendakian Gn. Sumbing

Pos 1 - Pos 2.

Sepanjang perjalanan dari pos 1 ke pos 2 terdapat beberapa titik berupa kolam semen untuk menampung air maupun sebagai irigasi tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air. Perjalanan kali ini masih berupa trek berbatu namun pemandangan sudah mulai didominasi oleh hutan pinus. Trek cenderung lurus namun panjang dan menanjak. Beberapa kali kami beristirahat sejenak sembari ditemani suara kabut yang menampar ranting pohon. Perjalanan ini kami tempuh selama 1,5 jam. Pos 2 berupa tanah datar dengan sebuah bangunan balai yang dapat digunakan untuk berteduh.

Trek menuju pos 2

Pos 2 - Pos 3

Mungkin ini trek yang paling enak karena berupa trek tanah, semak-semak cenderung datar mengelilingi punggungan gunung. Trek ini cukup panjang, melewati beberapa batu cadas jalur air ketika musim hujan. Untung kami mendaki di musim kemarau sehingga batu-batu tadi tidak dialiri air sehingga mudah saja melewatinya, akan cukup susah melewatinya jika musim hujan tiba dengan debit air yang cukup besar.

Trek menuju pos 3

Selain trek yang cenderung landai, pemandangan yang disuguhkan juga sangat indah. Perpaduan sore hari, punggungan gunung, jurang di bawah, hamparan gulungan awan hingga bayangan gunung yang terkena mentari senja. Warna langit yang beragam dari biru, putih, jingga hingga orange menambah romantika keindahan saat itu. Karena hari semakin sore dan mentari semakin ditelan ufuk, kami bergegas menuju pos 3. Perjalanan 2 jam menuju pos 3. Karena hari sudah mulai gelap, kami memutuskan untuk camp di pos 3.

View sepanjang menuju pos 3


Pos 3 berupa tanah lapang yang tak terlalu luas di pinggir punggungan gunung. Di bawahnya sudah jurang dan di seberangnya terlihat kota magelang dan siluet gunung merbabu & merapi. Angin sore dan malam yang cukup kencang membuat debu-debu berterbangan. Hawa dan angin dingin membuat kami harus cepat-cepat mendirikan tenda dan masak.

Tak disangka dan direncanakan sebelumnya, malam ini langit begitu cerah padahal sepanjang perjalanan tadi mendung dan berkabut. Posisi hari di awal bulan membuat bintang bertaburan bersinar terang, masya Allah, dan viola! Milky way terlihat begitu jelas, bahkan dengan mata telanjang. Masya Allah, tak henti-hentinya memuji Rabb Pemilik Alam Raya atas nikmat ciptaanMu. Ini merupakan pertama kali saya melihat milky way secara langsung di alam dengan mata telanjang. Setelah makan malam seadanya, saya mulai berburu foto milkyway. Berbekal teori di kelas fotografi landscape, saya beberapa kali cukup berhasil mengabadikan momen yang sangat jarang ini. Namun, pemandangan ke kota di bawah tertutup oleh kabut sehingga tidak bisa foto pemandangan lampu kota dari atas. Tidak masalah, karena milkyway sudah lebih dari cukup. Hari semakin malam dan udara semakin dingin, saatnya beristirahat untuk summit besok.

Milkyway


Milkyway dan Pos 3


Pos 3 - Pos 4

Pagi dini hari kami terbangun setelah sebelumnya mendengar beberapa langkah kaki tanda beberapa orang sudah mulai summit. Tak mau ketinggalan, kami mulai summit jam 4 pagi. Pemandangan saat membuka tenda cukup menawan dengan siluet gunung merbabu dari kejauhan. Ah indahnya. Perjalanan tanpa tas keril memang menjadi mudah dan ringan. Trek didominasi oleh tanah berbatu, sesekali harus waspada karena selain masih gelap, jalur yang dilalui juga tak begitu lebar dengan sebelah kanan langsung jurang. Beberapa kali terdapat tanjakan cukup terjal. Ditengah perjalanan kami berhenti untuk sholat shubuh karena semburat cahaya sudah mulai muncul di sela-sela gunung merbabu.


Kapas awan





Setelah sholat subuh, pemandangan menjadi begitu indah. Matahari terbit di ufuk timur memancarkan sinar untuk menerangi siluet gunung merbabu dan merapi menjadi semakin jelas. Hamparan awan di sekitarnya semakin membuat landscape menjadi semakin indah. Subhanallah, Allahu akbar. Tak henti-hentinya nikmat yang Kau beri. Setelah semalam dengan milkyway nya, kini dengan sunrise dan lautan awan yang menakjubkan. Tak mau kehilangan momen, kami foto-foto dan ngeVlog di sini. Cukup lama, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju pos 4. Trek menjadi tanah dengan ilalang.

Sebelum tikungan terakhir menuju pos 4, view pemandangan menjadi semakin luas dan indah. Lautan awan semakin jelas dan langit semakin biru. Luar biasa. Trek kemudian menjadi naik cukup curam menuju pos 4, keletihan agaknya terkompromi dengan pemandangan yang menakjubkan ketika melihat ke bawah. Setelah sekitar 3 jam, kami sampai di pos 4.

Pos 4 - Puncak Rajawali

Pos 4 berupa tanah datar yang cukup luas dengan ciri terdapat 1 pohon di tengah-tengah. Cukup luas untuk mendirikan belasan atau puluhan tenda namun cukup beresiko karena angin cukup kencang dan debu-debu saling berterbangan. Puncak Gunung Sumbing sudah terlihat jelas dari sini, terlihat kecil dan terasa sangat jauh dengan jalur yang terus menanjak. Trek berupa tanah ilalang yang sangat bagus karena berwarna kuning seperti sabana di musim kemarau.




Di tengah jalur terdapat pohon rindang cukup besar untuk berteduh. Detik demi menit dilewati dengan energi yang mulai menipis melewati tanjakan cukup curam dan mental yang turun ketika melihat ke atas, puncak masih jauh. Memang waktu ideal menuju puncak adalah pagi hari ketika mentari belum menyinari sehingga jarak antara puncak dan kita tidak terlihat yang membuat mental pendaki tidak goyah.

Setelah sekitar 3 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di puncak rajawali yang ditandai dengan sebuah batu cukup besar. Pemandangan dari puncak semakin indah. Langit biru tanpa awan. Foto-foto di puncak rajawali sembari melepas lelah perjalanan. Yeay, we did it.

Puncak Rajawali - Puncak Sejati

Puncak Gunung Sumbing ada banyak, di jalur kaliangkrik ini setidaknya ada 3 puncak yaitu puncak kawah, puncak rajawali dan puncak sejati. Puncak kawah terletak di bawah puncak rajawali, pendaki harus turun menuju kawah. Terdapat sabana dengan latar tebing puncak gunung, selain itu juga terdapat makam di sekitar puncak kawah. Puncak rajawali yang sedang kami singgahi, terdapat batu besar untuk foto dan plang puncak rajawali. Selanjutnya ada puncak sejati, dari puncak rajawali kita turun sedikit kemudian berjalan mengitari tebing di samping tebing puncak rajawali. Puncak sejati memang beda tempat dan tebing dari puncak rajawali. Menuju puncak sejati harus cukup hati-hati karena trek menuju puncak berupa tanah menanjak tanpa pegangan.


Langit biru, kapas awan

Yeay, We did it.



Yeay. We did it again. Puncak sejati gunung sumbing. 3371mdpl. Puncak pertama  gunung di Jawa Tengah bagi saya. Puncak tercerah dan pemandangan terindah dari gunung yang saya daki sampai saat ini. Kurang lebih satu jam kami mengabadikan momen, makan perbekalan muncak, kemudian kami mulai turun.

Puncak Sejati - Pos 3

Turun dari puncak secara otomatis kembali disuguhi dengan pemandangan indah. Namun tetap hati-hati karena turunan cukup curam dan berdebu. Debu-debu cukup menganggu mata dan pernafasan, jadi harus tetap hati-hati, jangan asal cepat namun menebar debu untuk teman yang di belakang. Hari semakin siang, terik matahari, musim kemarau, angin membawa debu tanah berterbangan. Setelah satu jam setengah, kami sampai pos 3 dengan kondisi akhmad (salah satu personil) mengalami cantengan kemasukan debu dan robek di jari kakinya akibat benturan batu kerikil plus salah satu tenda terbuka karena flysheetnya terbawa angin. Untung tidak ada barang yang hilang.

Perjalanan turun dari puncak


Sekitar satu jam kami berkemas, melipat tenda, bergegas turun karena kondisi angin, panas dan debu-debu yang berterbangan membuat tempat camp menjadi tidak nyaman minimal untuk membuat makanan. Alhasil kami hanya makan snack seadanya.

Pos 3 - Pos 2

Sinar mentari yang semakin terik membuat tubuh gampang berkeringat. Sangat berbeda dengan kondisi saat pendakian yang mendung dan teduh. Debu yang berterbangan, sesekali berhenti saat berpapasan dengan pendaki yang baru naik. Sesampainya di pos 2 kami langsung beristirahat, berteduh, makan dan minum seadanya untuk mengembalikan stamina. Tak mau berlama-lama karena mengejar waktu agar tidak terlalu sore karena ditunggu driver mobil carteran.

Pos 2 - Basecamp

Bagian ini menjadi bagian yang cukup sulit karena harus menempuh jalur turun trek berbatu dengan kondisi sudah lelah belum makan besar serta terik mentari siang hari. Untungnya mendekati basecamp cuaca menjadi teduh, kabut mulai turun namun kaki semakin pegal dan sakit menanggung beban di jalan berbatu. Selepas gerbang pendakian, ujian berlanjut menuruni jalan cor yang rata. Akhirnya pukul setengah 4 sore kami sampai di basecamp. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang telah mengizinkan kami mendaki gunung sumbing ini dengan pemandangan yang sangat indah. Bagi saya, pendakian kali ini (dengan mengesampingkan keindahan ranu kumbolo) menyuguhkan pemandangan yang paling indah.
Menurunkan beban, jajan cilok, kemudian makan nasi. Jangankan mau mandi, Mau buang air besar saja tidak bisa, air di sini habis. Alhasil kami memutuskan untuk segara cabut dari sini, mandi di tengah jalan, di masjid atau di mana sekaligus cari makanan tambahan. Pendakian gunung sumbing via Butuh, Kaliangkrik ini menempuh waktu sebanyak :
Basecamp - Pos 1 : 1 jam
Pos 1 - Pos 2.         : 1,5 jam
Pos 2 - Pos 3.         : 2 jam
Pos 3 - Puncak       : 5 jam
Total.                        : 9,5 jam

Semoga cerita pengalaman ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi tambahan bagi teman-teman yang akan mendaki gunung sumbing via Butuh, Kaliangkrik. Salam Lestari !
Bawa Kembali Sampahmu !

Jumat, 04 Januari 2019

Prestasi 2018

Tahun 2018 telah berakhir. Seperti halnya waktu yang terus berjalan, lipatan satuan waktu, 2018 telah membawa kita bergerak dari masa lalu 2017 menuju masa sekarang 2019. Ada banyak hal yang telah kita semua lewati. Layaknya manusia yang mempunyai akal dan pikiran, ada banyak hal yang direncanakan dan diusahakan selama tahun 2018 kemarin. Beberapa telah berhasil tercapai, beberapa mungkin berubah haluan di tengah jalan, dan mungkin ada beberapa hal yang akhirnya belum tercapai sampai saat kembang api saling bersahutan pada pukul 00.00 2019 kemarin.

Sebagai manusia, tentu ada banyak kegagalan dan keberhasilan yang terjadi sepanjang tahun 2018 kemarin. Ada yang berhasil, ada yang gagal, ada yang payah dan ada yang sukses. Mengakui kegagalan dan kepayahan diri sendiri agaknya menjadi cara yang baik bagi diri sendiri untuk berintrospeksi dan kontemplasi tanpa adanya tekanan akan kesuksesan yang tinggi. Daripada mengagungkan keberhasilan yang mungkin saja justu akan membuat kita lalai dan terlena sehingga kuda-kuda hidup kita menjadi lemah dan mudah goyah. Tentu tahun 2018 penuh dengan prestasi, seberhasil, gagal sampai sepayah apapun kita tetap itu menjadi prestasi. Karena prestasi adalah sesutu yang berhasil dilakukan / terjadi, entah disengaja maupun tidak disengaja, direncanakan maupun tidak direncanakan. So, apa saja prestasimu di tahun 2018 kemarin? Sebagai pemula saya akan coba ceritakan 7 besar prestasi di tahun 2018 versi onthespot saya. Saya mulai dari no. 7.

7. Tentang keberhasilan terbebas dari hutang dan memiliki LM Batik sendiri.

Setelah menimbang dan menakar dengan presisi yang gak ada kalibrasinya, jatah the last seven dimiliki oleh bebas hutang dan punya LM batik sendiri. Kejadian di awal tahun 2018, mengawali tahun dengan prestasi ciamik. Terbebas dari hutang / cicilan meski bekerja di lembaga keuangan, bank lebih tepatnya. Menjadi karyawan bank atau lembaga keuangan memang sangat sulit untuk tidak berhutang atau mempunyai cicilan. Entah dirayu-rayu teman kantor untuk menutupi target, tergoda rate dan cicilan di tempat tetangga, sampai tak tau diri mengajukan sendiri pinjaman karena BU atau pura-pura BU padahal gaji gede dengan dalih investasi. Bonus dari itu semua adalah pindahnya LM batik ke tangan saya yang sebelumnya saya cicil. Sebenarnya harga LM saat lunas tak jauh beda dengan harga LM saat pertama nyicil plus rate yang dibayar selama masa cicilan. Yah, tak apalah. Sekarang sudah bebas dan memegang LM dengan motif batik dan wadah yang ekslusif. Cocok buat mahar. Kamu udah siap dapet LM batik dari aku?


6. Tentang menggapai puncak mahameru dan motivasi boker di puncak gunung.

Prestasi big six 2018 kali ini tentang berhasilnya menapakkan kaki di ketinggian pertama di atas 3000mdpl saat itu skaligus tertinggi di pulau Jawa, 3676mdpl. Sebenarnya dibalik ini didahului oleh Salak 2211mdpl, 2x back to back Jakarta-Jogja yang kemudian disambung dengan Pendakian Semeru dalam rentang 2 minggu. Modyar, lalu dilanjut Ramadhan. Lalu 'tewas' disuntik dokter IGD dengan mahar puasa 2 hari. Sebenarnya tak lengkap rasa gapai puncak mahameru tanpa cerita motivasi boker di puncak gunung. Saya kemudian sadar, tahun 2018 selain punya bakat negosiasi juga punya bakat sebagai motivator. Memotivasi teman saya yang summit attack bareng untuk terus gass maju melawan kebelet boker dengan cerita nanti di puncak mahameru bisa boker. Hingga akhirnya saya dan teman saya berhasil sampai puncak dan jelas tak mungkin untuk boker di sana. Boker di atap pulau jawa. Ngisingi pulau jawa dari atas. Gyahahaha lucu kalau ingat tentang itu. Tapi dengan motivasi itu teman saya bisa sampai di puncak meskipun sebentar lalu turun dan gali lobang di Arcopodo.

5. Merampungkan baca 3 buku full dalam sebulan yang pertama sepanjang hidup.

Entah sepanjang hidup beneran atau sebenarnya jaman SD atau sekolah dulu sudah pernah, biarin lah ya buat judul biar boom. Namanya juga prestasi. Entah apa yang menggerakkan jiwa dan hati saya di semester ke dua 2018 hingga akhirnya Tuhan (Allah SWT, red.) memberikan hidayah saya untuk kembali mudik ke kampung perbukuan. Saya sebenarnya punya cukup banyak buku, namun sebagian besar tidak rampung diselesaikan bacanya. Lebih membaca esai online, atau malah aneka status fb maupun ig yang lebih banyak unfaedah-nya. Karena kebanyakan buku yang dibeli tipe kumpulan essay atau opini bukan tipe novel, cerita saling menyambung, saya lebih banyak baca loncat-loncat, non sistematis, berantakan. Akhirnya diberi hidayah hingga sekarang sudah tamat berapa buku ... (gak mau disebut nanti riya, cenderung malu sih karena cuma dikit). Btw kalian gak nanyain brp ketebelan 3 buku itu? Jangan2 cuma 50an halaman kaya tabloid bobo.

4. Hampir haluuu karena kecapaian saat otw mendaki gunung salak.

Kecil-kecil cabe rawit, itulah Gunung Salak. CUMA 2211 mdpl doang. Capeknya kaya daki gunung di atas 3000 mdpl. Penuh tanjakan tebing hampir 90°, becek, hujan, dingin, angker. Capek poll setelah 9 jam perjalanan dari basecamp hingga... puncak bayangan, yang jaraknya masih 1,5 jam lagi  dari situ tanpa beban ke puncak sejati. Bekas kecelakaan sukhoi, angker, HM PHP, becek, jalur rawa, tanjakan siku-siku berbatu, beberapa kali kram, jalur kanan kiri jurang berkabut capek menjelang senja, pertama kali pakai keril 70 L hingga hampir capai limit menjelang maghrib. Untung beberapa meter lagi puncak bayangan tempat ngecamp. Selamat.

3. Visiting 'special audiens' pertama kali seumur hidup.

Seperti halnya rantai yang saling berhubungan, no 3 berhubungan dengan no 2, no 2 berhubungan sedikiiiittttttt dengan no 1. No 3 ini merupakan prestasi yang cukup tinggi, ya bisa masuk level Liga Champions langsung lah. Dengan modal nekat dan tak tahu diri sebenarnya, saya 'sowan' ke spesial audiens. 4 jam dengan break 2x sholat berjamaah di masjid. Pengalaman yang tak terlupa meski sebenarnya biasa aja kalo dilihat dari sisi fakta sama-sama manusianya. Bermula dari ide seorang teman yang justru habis itu menyangsikan saya berani enggak (geje nih). Ya berani lahhh... terlepas dari semua hal lain, hal ini jadi pengalaman yang yahudd bisa visiting dan berinteraksi langsung meskipun tahapnya masih noob saat itu. Maklum debutan kurang pengalaman. So, saya ga takut kalo ditantang visiting special guest lagi. Ke kamu juga boleh.. iya kamuu.. Tentu dengan racikan taktik yang baru.

2. Menjalani lelaku Jakarta-Jogja (5 bulan, 5x PP) untuk sesuatu yang hampir sia-sia.

Masuk ke dalam runner up karena memang hampir berlaku layaknya runner match fixing yang lagi booming sekarang. Hampir menguasai jagad pikiran dan batin 2/3 tahun. Lagi-lagi saya tertawa keras, terbahak-bahak hingga nyaris tersendak. Bisa dibayangkan kan saudara, 2/3 tahun 'terbelenggu', 5x PP ratusan kilometer, 1x visiting, 1x visiting 'special audiens', untuk sesuatu yang hampir sia-sia. Saya buka saja karena memang ini masa lalu dan merupakan prestasi kedua terbesar 2018. Memang, lebih baik sakit karena merelakan daripada sakit karena berjuang sendirian. Ceilehh sakit bang? Kan ada BPJS tuh. Hahahaa.. Gak kok, apalah arti setetes tinta ballpoint yang diteteskan ke dalam samudera. Ente faham? Seluas samudera prestasi ke 2 di 2018. Invinity karena bumi itu datar bukan bulat. Oke?

Saya pikir, saya kira, dan saya rasa prestasi terbesar saya adalah ...

Engingeng....

1. Berhasil meyakinkan boss untuk resign dari perusahaan dengan kondisi belum jelasnya 'pekerjaan' pengganti yang saya dapat.

Resign tanpa 'pekerjaan' pengganti? Situ nekat apa gila. Seyogyanya manusia, kadang ia berhasil menertawakan apa yang dia lakukan di masa lalunya, di hampir semua keputusan, baik dahulu penuh dengan emosi sedih, bahagia, serius hingga marah. Lucu memang tingkah laku kita sekarang bagi kita di masa yang akan datang. Saya pun sadar, sepertinya saya punya skill negosiasi yang bagus. Mengajukan resign dengan kondisi belum ada pekerjaan pengganti plus kondisi kantor yang sedang kekurangan SDM serta kondisi bahwa saya merupakan karyawan yang cukup baik (ciehh..) dengan nilai performance selalu di atas baik. Banyak teman juga yang menayakan emang udah dapet pengganti, kok resign. Sempat ditawar-tawar, bertele-tele mengulur waktu agar saya tetap bertahan, hingga boss satunya pusing nyari orang buat nggantiin saya, toh pada akhirnya saya tetap berhasil meyakinkan boss saya. Yess, I did it.

Seperti itulah prestasi saya selama tahun 2018 dalam 7 besar. Semuanya peristiwa adalah prestasi, selalu ada hikmah, dan bahan kontemplasi untuk tahun 2019 yang lebih baik. Saya tantang kamu yang udah baca tulisan saya ini untuk menuliskan, memamerkan juga 7 besar prestasimu di 2018 di kolom komentar (singkat saja, kepanjangan gak muat). Berani? I dare you!

Rabu, 19 Desember 2018

Pesona Bandung Selatan yang Rumit

Bandung, sebuah daerah yang menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat memiliki berbagai pesona yang menarik bagi hampir setiap makhluk. Terletak diapit berbagai macam perbukitan dan pegunungan menjadikan daerah ini memiliki cuaca yang sejuk. Cuaca yang mendukung berkembangnya kehidupan berbagai makhluk hidup sejak dahulu kala, baik flora fauna maupun manusia. Kontur daerah yang naik turun menjadikan Bandung memiliki pemandangan lansekap yang bagus, dipadukan dengan kebudayaan masyarakat lokal suku sunda yang terkenal dengan keramahan dan rupa yang menawan. Seiring berkembangnya waktu, Bandung menjadi salah satu kota metropolitan sebagai efek dijadikannya Bandung sebagai ibu kota provinsi dan kedekatan dengan Jakarta, ibu kota negara. Perkembangan daerah Bandung tak hanya dalam hal teknologi, transportasi, kebudayaan saja melainkan juga hal pariwisata yang mana memang didukung oleh kondisi geografis. Pariwisata Bandung kemudian semakin berkambang pesat baik di wilayah Bandung Selatan, Bandung Barat maupun Kota Bandung. Setiap daerah tersebut memiliki ciri khas masing-masing.  Kota Bandung dengan corak wisata modern hits memanfaatkan ruang yang terbatas, Bandung Barat dengan corak wisata alam kekinian hingga Bandung Selatan yang menawarkan wisata alam alami dan budaya. Dan pada tulisan ini akan lebih dibahas tentang pesona wisata Bandung Selatan.
Perkebunan Teh Malabar (Sumber : google)

Pagi di Stasiun Bandung

Bandung Selatan yang memikat

Sebagai seorang yang lebih suka berada di tempat yang cenderung masih alami, saya lebih terpikat kepada daerah Bandung Selatan daripada daerah Bandung yang lain. Meskipun jaraknya cukup jauh dari pusat kota, namun daya pikatnya tiada tara. Lamanya perjalanan dari pusat kota akan segera lunas oleh pemandangan alam yang indah serta suasana yang sejuk. Bandung Selatan secara garis besar terwakili oleh Ciwidey dan Pangalengan. Dua daerah ini memang memiliki daya pikat yang menarik. Berada di punggungan gunung purba yang membelah Jawa Barat di tengah-tengah, daerah ini menawarkan pesona lansekap alami yang menawan dan perawan yang dipadu dengan kebudayaan masyarakat sunda sekitar yang masih cukup kental.

Ada beberapa spot wisata alam yang ditawarkan di daerah ini, seperti Kawah Putih, Ranca Upas, Ranca Cai, hamparan kebun teh, situ patenggang, situ cileunca dan air terjun serta masih banyak lagi area wisata menarik lainnya. Tak lupa ada beberapa bukit atau gunung menengah yang dapat didaki bagi pecinta naik gunung. Daerah Ciwidey cenderung lebih ramai dari daerah lainnya dikarenakan pengelolaannya sudah cukup baik dan serius oleh pemerintah maupun masyarakat daerah setempat.

Pesona yang rumit.

Seperti wanita, pesona Bandung Selatan yang semakin memikat membuatnya semakin rumit untuk dimengerti. Semakin mencoba diselami semakin tak sampai ke dasarnya. Semakin digapai semakin tinggi tak terjamah. Pesonanya rumit tapi memikat, memikat walau tau akan rumit.

Ranca Upas
Situ Patenggang

Ranca Upas yang terletak di wilayah administrasi Ranca Bali, Ciwidey merupakan wilayah wisata alam seluas puluhan hektar. Berada di lembah gunung purba, Ranca Upas menawarkan view dataran luas berlatar belakang punggungan gunung. Terbagi menjadi beberapa area otonom mulai dari penangkaran rusa, kolam renang, budidaya bunga hingga tempat camp bagi yang ingin merasakan camping di area terbuka dan dingin. Memiliki gerbang utama sebagai tempat pembayaran bea reteibusi dan akses keluar masuk area. Tempat parkir jadi satu sehingga mempermudah akses. Penangkaran rusa timor yang menawarkan pengalaman memberi makan rusa dengan pakan sayuran yang telah tersedia dijual di sekitar pintu masuk. Tak lupa beberapa kuliner jajanan baik warung maupun gerobak dipinggir jalan. Agaknya tak terasa waktu telah berlalu begitu saja, selayaknya menikmati waktu berdua bersama alam dengan suasana yang sejuk dan nyaman.

Rusa Ranca Upas

Memberi makan rusa

Rusa yang dapat diberi makan cukup banyak

Tak jauh dari Ranca Upas terdapat area wisata lain salah satunya yaitu Kawah Putih. Kawah Gunung Purba yang masih aktif mengeluarkan asap belerang di waktu-waktunya. Area Kawah Putih cukup luas dan letak kawah putihnya masih cukup jauh dari jalan utama. Akses menuju kawah putih dapat menggunakan shuttle angkot otonom dari tempat parkiran kendaraan atau menggunakan mobil pribadi, namun sepertinya lebih diarahkan untuk menggunakan angkot dikarenakan akses jalan menuju kawah putih yang jauh dan menanjak. Angkot yang tersedia ada banyak dan bea angkot sudah termasuk di dalam tiket masuk kawasan kawah putih. Angkot akan mengantarkan pengunjung pulang pergi tempat parkiran - kawah putih. Area kawahnya cukup luas, terdapat dua kawah yang berbeda letak ketinggiannya dan keterbukaannya terhadap kunjungan wisatawan. Terletak di ketinggian 2222Mdpl, hawa di sekitar kawah terasa sejuk meski beberapa kali tercium bau asap belerang. Jadwal kunjungan secara umum tidak dibatasi namun diarahkan hanya sekitar 15 menit apalagi jika sedang terjadi asap dan bau belerang naik ke atas permukaan. Pohon-pohon meranggas, air kawah yang berwarna putih hijau hingga biru semakin membuat tubuh rileks ketika memandanginya.

Kawah Putih

Save Me

Latar Pohon Meranggas

Selain kedua area wisata tadi, daerah Ciwidey terdapat area lain berupa hamparan kebun teh, air terjun, hingga situ diantaranya yang terkenal yaitu situ patenggang. Hamparan kebun teh perbukitan malabar meluas hingga daerah Pangalengan. Daerah Pangalengan lebih menawarkan wisata alam dan edukasi karena selain terdapat hamparan alam berupa kebun teh dan hutan serta situ yang cukup terkenal yaitu Situ Cileunca, daerah ini juga terdapat peternakan sapi dan pengolahan susu sapi menjadi beberapa jenis makanan dan minuman. Tak hanya itu, wisatawan juga dapat mencoba wisata outdoor seperti flying fox, paint ball, arung jeram dan aktivitas outbond lainnya. Singkat cerita, Pangalengan lebih cocok untuk aktivitas alam dan pendidikan yang membutuhkan waktu yang cukup lama karena terdapat beberapa tempat penginapan di sekitar area wisata.

Situ Cileunca

Berwisata di Bandung rasanya tak cukup sehari dua hari. Bila perlu harus diubah dari kata wisata menjadi kata tinggal, singgah atau menetap di daerah ini. Hawanya udara yang sejuk, membuat pikiran menjadi fresh,  banyak aktivitas yang edukatif. Tak hanya singgah sementara, namun menetap untuk selamanya. Seperti hati wanita yang rumit, ia akan semakin rumit jika kita singgah hanya sebentar selintas waktu saja, diperlukan waktu yang panjang dan pendalaman hingga kita dapat memahami dan mencintainya.

Rabu, 28 November 2018

Menembus Batas-Batas, Menuju Puncak Arjuno Welirang


Menembus batas. Itulah kata-kata yang mungkin dapat mewakili perjalanan pendakian gunung Welirang-Arjuno.  Semoga pengalaman ini dapat menjadi insight bagi teman-teman yang membaca tulisan ini yang nantinya akan mendaki gunung Arjuno maupun Welirang terutama via jalur Tretes. Mohon maaf agak Panjang, yang tidak kuat semoga diberi kekuatan. Hahahaa….


Gunung Arjuno Welirang

-          Menuju Basecamp Tretes

Perjalanan ini kami lakukan hanya tiga orang (Saya, Akhmad, dan Udin). Rencana awal tim kami terdiri dari lima orang (plus Mas Opan dan Yudi), namun mereka berdua tidak dapat ikut karena ada suatu hal yang tidak bisa ditinggal. Sempat gamang karena tim tinggal bertiga, kami tetap bulatkan tekad untuk terus melanjutkan perdakian ini hingga terciptalah pengalaman-pengalaman yang saya coba bagi di tulisan ini.

Perjalanan kami diawali pada hari Jum’at, 16 November 2018 dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Menggunakan kereta Kertajaya kami menuju Surabaya Pasar Turi. Selepas sholat jum’at dan cetak tiket kami melakukan boarding di pintu masuk, ada hal yang tak biasa bagi kami yaitu saat petugas Polsuska menanyakan dan menggeledah tas kami untuk mencari tabung gas portable. Sontak hal ini cukup mengagetkan karena sebelumnya belum pernah dan bikin dugal Akhmad karena menurutnya hal ini cuma akal bulus petugas untuk mencari untung karena tabung-tabung yang disita itu bisa dijual kembali. Tabung gas yang kami bawa kini tinggal 2 dari 4, karena yang 2 kami serahkan ke petugas, yang 2 lagi kami umpeti di sela-sela tas dengan berbihing sedikit kepada petugas. Yakali jujur amat jadi orang.

Stop dugal, kereta pun berangkat. Hal lain yang tak diinginkan pun muncul. Kereta 14 yang kami duduki terasa panas karena 2 dari 6 AC yang terpasang rusak, mati atau apalah namanya sehingga hawa di dalam gerbong kereta jadi panas, sumpek, lepek. Bikin bedmud kambuh!. Setelah beberapa orang coba mengontak kondektur yang bertugas, termasuk saya yang coba mention twitter kai, AC yang tadinya parah jadi agak ademan sedikit. Tak mau bedmud menguasai awal perjalanan kami, kami pun mulai bersikap bodo amat meski hawa terasa sumpek. Perjalanan mulai lancar saat memasuki malam hari karena suhu udara menjadi agak dingin. Jam per jam pun berlalu hingga tak terasa kereta sudah sampai di stasiun Surabaya Pasar Turi.

It’s feeling nostalgic! Kedatangan kereta di stasiun ini pada dini hari mengingatkan saya saat pertama kali pergi ke Malang via Surabaya 5 tahun yang lalu. (Monmaap alay dikit). Setelah setor tunai  dan sholat isya kami coba keluar stasiun, siapa tau ada bapak bapak driver yang menawarkan diri. Ternyata tidak ada. Akhirnya kami coba menggunakan aplikasi grabcar. Dapat, menuju bapak driver yang ada di luar zona merah stasiun, berangkan ke Basecamp Tretes.

Tretes – Surabaya ternyata merupakan jalur wisata favorit seperti Jakarta -  Puncak, Bandung – Lembang, Jogja – Kaliurang. Pantas ada grab yang mau antar kami. Rute dari Stasiun Pasar Turi menuju Tretes melewati Pertigaan Teminal Pandaan di Pasuruan. Capek, saya ketiduran di mobil hingga tiba-tiba mobil berhenti di daerah Pandaan untuk belanja logistik bekal pendakian di salah satu minimarket. Selesai belanja, mobil kemali melaju, menanjak kea rah Tretes. Sepanjang perjalanan, bapak grabcar bercerita tentang daerah Tretes. Menawarkan villa bahkan menawarkan villa + cewek, Hhahaaa.. Busettt kaga jadi mendaki apa nginep di villa aja. Wkwkwk. Ternyata Tretes terkenal dengan villa dan ceweknya, saya baru tau. Hahahaa, pengalaman dan pengetahuan baru. Next time aja pak :D. Pukul 04.00 kami sampai di basecamp pendakian Gunung Arjuno Welirang yang berada di depan hotel Sri Tanjung. Hotelnya bagus coy, tapi basecamp pendakiannya ibarat batu kali disejajarkan dengan batu bacan. Wkwkwk  

-          Basecamp – Pos I (Pet Bocor)

Sesampainya di basecamp, kami bertemu dengan rombongan yang kami temui di Stasiun Pasar Turi tadi dan beberapa rombongan pendaki yang menginap di basecamp. Tidak disediakan balai atau saung untuk tidur sehingga kalaupun mau menginap di basecamp, tidur di depan pintu-pintu bangunan yang ada di sana. Jam 4 pagi, langit sudah terang karena shubuh di sini jam setengah 4. Bergegas kami repacking, mandi dan sholat. Saya dan Udin mandi sholat di masjid dekat basecamp, sekitar 300m, lumayan skalian jalan-jalan pemanasan. Jam 6 pagi kami sarapan di warung yang ada di basecamp serta membeli nasi bungkus untuk bekal makan di tengah perjalanan. Jam 7 pagi, registrasi pos pendakian di buka. Bea masuk Kawasan hutan wisata sebesar 5000 rupiah plus meninggalkan fotokopi ktp salah satu anggota rombongan dalam hal ini yang ditinggalkan adalah ktp saya. Oiya, Kawasan basecamp sampai pos I Pet Bocor merupakan Kawasan hutan wisata, baru selepas pos I merupakan area pendakian. Kata bapak petugas nanti di pos I bayar lagi 10.000 rupiah untuk simaksi.

Wefie di basecamp


Perjalanan dimulai. Trek awal selepas basecamp didominasi bebatuan tersusun rapi, bahkan sangat rapi, menanjak, gass poll, ditemani nyamuk-nyamuk hutan yang jumlahnya lumayan banyak. Cukup menguras tenaga dan bikin ngos-ngosan. Trek jalur terus menanjak dengan belokan-belokan hingga dijumpai pertigaan. Kami ambil ke arah kiri menuju jalan rerumputan dan alang-alang hingga kembali bertemu dengan jalur batu beraspal yang sepertinya jalur mobil jeep. Kami kemudian belok kiri mengikuti jalan yang kembali menanjak hingga bertemu warung. Selepas warung kembali jalur menanjak dengan kontur batu beraspal. Setelah +- 50 menit perjalanan kami akhirnya sampai di pos I Pet Bocor. Pos berupa bangunan permanen yang di dalamnya disediakan fasilitas toilet dan mushola.

-          Pos I (Pet Bocor) – Pos II (Kopkopan)

Kami melakukan registrasi ulang di pos Pet Bocor dan membayar simaksi sebesar 10.000 per orang per hari, dikarenakan pendakian kami memakan waktu 3 hari maka tiap orang membayar 90.000 per orang. Selesai membayar tetiba ada sebuah mobil jeep yang datang dan membuka portal. Anjay bikin kaget, memang kabarnya mobil jeep dapat naik hingga ke pos 3, pos pondokan untuk angkut naik turun hasil tambang belerang. Tetapi saat itu, mobil jeep mengangkut beberapa pendaki. Enak bener naik jeep sampai pos 3. Kami bertanya ke petugas di pos berapa bea sewa jeep sampai pos 3, beliau jawab bea sewa jeep sampai pos 3 setahu beliau 1.500.000 rupiah sekali jalan. Wow. Mending jalan kaki aja deh buat sobatmisqueen seperti kami hehehee..




Perjalanan dilanjutkan selepas pos Pet Bocor dengan trek jalur bebatuan tidak rata yang beberapa kali menyulitkan kami karena langkah yang harus diambil Panjang atau pendek tidaklah jelas. Cuaca yang terik membuat keringat beberapa kali berjatuhan. Panas, nanjak terus, bebatuan. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat dan mengisi tenaga dengan makan cemilan maupun minum. Perjalanan benar-benar sangat melelahkan, padahal setengah perjalanan pun belum, tas keril terasa sangat berat. Vegetasi antara pos pet bocor dengan pos kopkopan didominasi area lahan terbuka dengan beberapa kali dijumpai bekas lahan yang terbakar. FYI, Gunung Arjuno kabarnya telah mengalami kebakaran pada bulan Agustus kemarin. Petak lahan hitam legam dengan alang-alang yang sudah mulai tumbuh muncul di antara legamnya lahan yang telah terbakar. Beberapa menit terakhir menuju pos Kopkopan, cuaca menjadi agak bersahabat dengan awan yang mengayomi langkah-langkah kami. Setelah sekitar 4 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di pos II, Pos Kopkopan, yang terdapat sebuah warung dengan mushola dan tentunya sumber air yang cukup melimpah dan deras.

-          Pos II (Kopkopan) – Pos III (Pondokan)

Kami beristirahat melepas lelah dan keril tentunya, makan bekal yang tadi pagi beli di warung basecamp sambil minum nutrisari plus gorengan di warung yang tersedia di sana. Harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal, untuk segelas nutrisari dihargai 3000 rupiah, untuk gorengan 2000 rupiah dan kerupuk 1000 rupiah. Makan, wudhu sambil membasuh tubuh dengan kesegaran mata air yang terpancar dari paralon yang airnya segar tak terkira, lalu tak lupa kami sholat. Sambil menunggu sholat bergantian, tak lupa mengecek hidrasi tubuh dengan cara cek warna urin. Ternyata kami mengalami dehidrasi akut, segera kami minum yang banyak mumpung sumber air melimpah di pos ini.

Setelah cukup istirahat sekitar satu jam di pos ini, perjalanan kami lanjutkan menuju pos 3, pos pondokan. Jarak dan waktu tempuh lebih lama dibanding dari pos I ke pos II. Dan menurut saya, perjalanan tahap ini yang paling dramatis. Selepas pos II, trek kembali naik cukup curam dengan susunan batu yang kembali tidak tertata. Tak lama berjalan, kami berpapasan dengan mobil jeep yang tadi pagi kami jumpai mau naik di pos pet bocor. Wah cepat juga perjalanan karena sekarang sudah bertemu kami kembali dengan posisi akan turun, namun agak ngeri juga dan ekstra waspada karena jalur yang berbatu tidak rata serta sempit. Ngeri euy.

Selama perjalanan kali ini kami beberapa bertemu dengan beberapa rombongan yang akan naik juga dan beberapa rombongan yang akan turun (di mana hal ini tidak kami temukan pada perjalanan menuju pos II). Kebanyakan rombongan yang kami jumpai akan menuju gunung Welirang, sangat jarang yang akan menuju gunung Arjuno, kalaupun ada hanya beberapa dan tidak ada yang berencana menuju 2 gunung sekaligus seperti tujuan kami. Wajar saja karena jalur menuju gunung Arjuno ada banyak sedangkan jalur menuju gunung Welirang hanya satu, yakni jalur Tretes ini. Amazing. Beberapa kelompok menyarankan kami untuk camp di lembah kidang karena sudah lebih dekat ke Puncak Arjuno, tapi kami liat sikon nantinya. Kembali ke trek jalur yang bikin capek njobo njero, trek sudah terdapat tanjakan curam dan Panjang yang bikin tiap beberapa langkah harus berhenti untuk istirahat. Nah di sini pengalaman tidak enak di mulai ketika Akhmad mulai merasakan ada yang mengikuti langkahnya di belakang, padahal di belakang dia tidak ada rombongan lain. Mencoba berpikir positif saya dan Akhmad berpikir masa bodoh hingga suatu tanjakan yang sangat Panjang dan curam. Saya piker itu adalah tanjakan terakhir sebelum pos 3. Ternyata tak semudah itu Ferguso, masih naik dan Panjang perjalanan. Gila!.



Selepas tanjakan PHP itu, saya sudah mulai benar-benar lemas, mental sudah mulai down, ibarat main PES / FIFA moral pemain itu sudah biru atau ungu, padahal waktu melahap tanjakan PHP itu mental sempat hijau atau bahkan merah karena mendengar suara orang-orang di atas sana yang membuat saya mengira di atas sana itu pos 3. Ternyata. Trek kembali naik namun kali ini cukup landau tapi Panjang hingga keliahatan ujungnya. Dominasi pepohonan mulai terlihat yang membuat suasana makin gelap karena hari semakin sore dan mendung. Suara berisik yang tadi saya dengar ternyata berasal dari kelompok lain yang sedang beristirahat. Suek!. Kami sempat beristirahat cukup lama, merebahkan tubuh sambil memejamkan mata sebentar. Sekitar 10 menitan kami terlelap hingga hawa dingin mulai membangunkan kami.

Perjalanan pun di lanjutkan, namun kembali Akhmad merasakan sesuatu hal yang ganjil yaitu terciumnya aroma busuk di belakangnya, padahal di belakang dia tidak ada siapa-siapa dan di tempat istirahat tadi tidak ada sisa kotoran atau sumber bau busuk yang lain. Makin kalut dengan keadaan tubuh yang capek dan mental yang down, trek jalur menyuguhkan tanjakan yang lumayan curam dan Panjang. Mungkinkah ini tanjakan asu yang merupakan tanjakan terakhir sebelum pos 3? Ah saya tak mau memikirkannya lagi. Langkah demi langkah, istirahat sambil berdiri, jalan lagi, istirahat lagi hingga rombongan kami terpisah menjadi 2 dengan jarak beberapa puluh langkah. Saya dan Akhmad berada di belakang sedangkan Udin berada di depan sendirian. Tanjakan itu pun terlewati hingga menyisakan turunan dan kembali tanjakan di depan. Kondisi jalur kini berubah menjadi pohon-pohon yang lebih tinggi namun terbakar di bawahnya, sepertinya daerah ini habis terbakar baru-baru ini. Hingga pada suatu saat Akhmad kebelet kencing dan meminta saya untuk sedikit menjauh dan menunggu. Setelah selesai, Akhmad mengembalikan botol air yang digunakan untuk cebok ke arah saya, tiba-tiba. Kkrraaakkk… kraakkk… suara misterius mengerikan yang berasal dari pohon tumbang dan itu menjadi pengalaman pertama bagi saya. Saya kira malah saat itu longsor karena suara hamper sama dan seakan-akan tanah di sebelah kiri atas kami mulai turun. Kami seketika berlari menjauh dan Brruukkkk..! Pohon tumbang persis di area tempat Akhmad kencing tadi. Jantung berdebar kencang tak menyangka kejadian yang barusan terjadi, suasana menjadi semakin mencekam karena hari semakin sore menjelang maghrib dan diapit oleh pohon-pohon tinggi yang bagian bawahnya terbakar. Kami rasa bagian bawah pohon yang terbakar menjadi rapuh sehingga tidak kuat menopang tubuh pohon ketika dideru angin. Pohon yang tumbuh ada 1 namun menimpa pohon di bawahnya sehingga ikut roboh. Jalur menjadi tertutup pohon.

Tak mau kondisi dipengaruhi oleh suasana barusan, kami langsung jalan kembali sambil mengabari kelompok di depan yang terpisah bahwa ada pohon yang tumbang yang mungkin akan menghalangi pisahan kelompok itu di belakang. Tak lama setelah tanjakan terakhir akhirnya kami sampai di pos 3, pos pondokan. Hari sudah mulai gelap dan dingin. Terdapat warung di sisi kanan. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di sini, bukan di pos lembah kidang karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan dan hari yang mulai gelap serta udara dingin mulai menusuk.

Setelah tenda berdiri, beberes barang, ganti baju lalu sholat dan masak mie dan kopi seadanya kami langsung beristirahat karena Lelah yang sangat atas 11 jam perjalanan dari basecamp menuju pos pondokan.

-          Menuju Puncak Welirang 3156 mdpl

Jam 3 kami bangun untuk bersiap menuju puncak Arjuno seperti rencana awal yaitu mendaki puncak Arjuno dahulu kemudian puncak Welirang.  Masak air untuk kopi dan makan roti susu sebagai bekal energi. Saya merasakan kondisi yang cukup dingin dan eneg yang mungkin karena kemasukan banyak angin. Setelah Akhmad setor tunai di semak-semak yang gelap, kami bersiap untuk jalan menuju Puncak Arjuno. Tapi adzan ternyata telah berkumandang jam setengah 4 pagi. Ya, shubuh di daerah sini sudah di mulai jam setengah 4 pagi. Akhirnya kami sholat dahulu lalu kembali melanjutkan perjalanan sekitar pukul 4. Di awal perjalanan kami tidak tahu jalan kemana yang menuju puncak Arjuno, mana yang menuju puncak Welirang. Kami mengikuti jalan berbatu ke atas saja. Jalan langsung menanjak dan berbatu, ada beberapa percabangan jalur yang cukup membuat bingung namun sebenarnya ujungnya sama saja. Kami mulai berfirasat ini adalah jalur menuju puncak Welirang. Sudah cukup lama berjalan, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan ke puncak Welirang. Tak lama, saya merasakan perut mulas dan pengen mengeluarkan sesuatu isi di perut. Lekas saya mencari semak dan setor tunai di situ. Lagi-lagi ini merupakan pengalaman saya setor tunai di alam terbuka dengan kondisi gelap dan rerumputan alang alang yang cukup membuat gatal.



Setelah lega, perjalanan dilanjutkan menyusuri jalur yang terlihat bekas trolly para penambang pasir yang cukup membantu. Langit mulai terang dan perlahan cahaya matahari mulai menembus sela-sela kanopi pohon yang kami lewati. Pukul 5 langit sudah cukup terang karena matahari sudah terbit. Trek jalur nanjak terus yang membuat kami jadi cukup capek, apalagi cuaca kini mulai berangin kabut yang cukup kencang yang membuat kami mulai kedinginan dan memaksa terus melanjutkan perjalanan hingga sampai pada suatu lahan datar yang dinamakan yang merupakan pertigaan menuju Puncak Arjuno lewat gunung kembari I dan II.
Gunung Panderman dan Bukit lainnya


Arjuno dan Gunung Kembar

Selepas Pertigaan


Selepas pertigaan, jalur melewati pinggiran tebing dengan kontur datar sedikit naik. Cukup Panjang hingga berada di belokan di mana puncak gunung Welirang terlihat sangat jelas dengan trek pasir dan kepulan asap dari kawahnya. Jalur menjadi agak naik hingga benar-benar naik untuk mencapai bukit yang kemudian tinggal lurus menuju puncak Welirang. Suasana berkabut cukup tebal dengan angina yang berhembus cukup kencang membawa aroma belerang yang menyengat, terutama jalur cekung persis sebelum puncak Welirang. Akhirnya pada pukul 7 pagi kami sampai juga di puncak Welirang 3156 mdpl. Nampak gunung kembar 1 dan 2 serta puncak Arjuno terlihat dari sini meski sedikit tertutup kabut.

Menyelusuri pinggiran tebing

Sebelum tanjakan menuju puncak
Puncak Welirang yang kelihatan


Setelah ritual mengabadikan momen di puncak, sekitar 20 menit kemudian kami turun dari puncak Welirang melewati jalur yang sama seperti kami menuju puncak tadi. Perjalanan terasa enteng karena trek jalur panjang cenderung datar sedikit turun. Sesampainya di pertigaan yang menuju gunung kembar 1 dan 2, kami memutuskan untuk terus menuju Pondokan karena energi belum terisi dan persediaan air yang tinggal setengah botol yang tidak memungkinkan kami pakai untuk menuju Puncak Arjuno via Gunung Kembar 1 dan 2. Setelah hamper 2 jam perjalanan akhirnya kami sampai kembali di Pondokan.


Puncak Welirang





-          Menuju Puncak Arjuno 3339 mdpl

Sesampainya di tenda kami sedikit rebahan, capek juga summit gunung Welirang yang didominasi trek naik terus menerus. Cukup istirahat, saatnya masak nasi dan lauk pauk sebagai bekal untuk menuju puncak Arjuno. Agak sedikit keraguan awalnya pada kami karena hari sudah cukup siang dengan kondisi fisik yang mulai Lelah setelah summit Gunung Welirang apa mau lanjut summit Arjuno yang lebih Panjang waktu tempuh serta lebih sulit trek jalurnya. Setelah cukup makan dan sholat dhuhur ashar, pukul 12 siang kami nekat bulat menuju puncak Arjuno. Sing penting yakin, entah sampai atau tidak yang penting usaha dahulu,

Lembah Kidang


Ternyata jalur menuju lembak kidang (jalur menuju puncak Arjuno) berada dibawah warung tepat setelah sampai di pos pondokan dari pos kopkopan. Ambil jalur ke kanan kalo dari atas atau ke kiri kalau dari bawah. Trek langsung naik bukit kemudian cenderung datar, tak lama sekitar 30 menit kami sampai di lembah kidang. Lembah kidang ternyata sangatlah bagus dengan tebaran sabana hijau. Untuk sumber air berada di lembah kidang 2. Setelah Udin mengambil air, perjalanan dilanjutkan. Trek jalur langsung naik tanpa ampun. Gak pake santai. 2x naik cukup curam, sampailah pada lembah sabana lain yang konon di hutan sebelah sana adalah alas lali jiwo.

Again


Selama di perjalanan cuaca berkabut dan Nampak di ujung bukit sana terdengar suara gemuruh. Kami (Kecuali Udin) yang tidak bawa jas hujan berharap tidak hujan sambil bertanya-tanya pada beberapa pendaki yang turun setelah summit Arjuno. Rupanya kami kelompok terakhir yang summit pada hari itu. Jelas lah, orang summit jam 12 siang. Dan ada beberapa pendaki yang turun yang tidak yakin pada kami untuk mencapai puncak Arjuno hari itu juga, sambil diingatkan bahwa nanti pasti turun malam hari. Hal ini yang membuat kami sedikit termotivasi karena merasa diremehkan. Jalur kembali naik cukup curam, kabut beserta angina dingin menemani perjalanan. Jaket yang tadinya dislempangkan kini dipakai plus sarung tangan karena udara sangat dingin. Beberapa kali dirasakan rintik uap air yang dibawa oleh kabut. Pukul 4, kami benar-benar capek dan hampir frustasi dengan tanjakan yang tak habis-habis. Di tengah kecapekan itu saya menyemangati diri sendiri untuk menjaga mental jangan sampai ungu maupun biru, minimal kuning atau hijau. Hal itu yang saya katakana pada Akhmad karena dia terlihat sangat Lelah dengan 2 trackpole yang dia bawa.

Setelah berkali-kali ditipu ujung bukit yang ternyata di atasnya masih ada bukit lagi. Pada pukul setengah 5 sore kami berhasil berada di bukit tertinggi yang di atasnya tak ada bukit lagi. Ternyata jalur masih berlanjut dengan kanan kiri jurang hingga sampai di pasar dieng dengan makam orang-orang yang gugur di Gunung Arjuno. Setelah melewati makam, jalur agak naik sedikit hingga sampai ke puncak. Saya kira, atau bahkan kami kira ini adalah puncak Arjuno hingga kabut yang hilang menyibakkan fakta bahwa puncak Arjuno ada di seberang sana. Turun lalu naik lagi. Hahahahaa… Puncak PHP. Diamputtt.. Jujur, mental saat itu naik turun tidak jelas antara merah karena sudah dekat puncak sampai ungu karena capeknya sudah tidak ketulungan. Dengan tekad 45 dan sisa-sisa tenaga akhirnya kami turun yang turunannya cukup curam lalu melewati lembah penghubung dan naik bukit batu yang tertancap bendera merah putih sebagai tanda bahwa di situ merupakan puncak Gunung Arjuno, Puncak Ogal-Agil.

Trek menuju pasar dieng

Menuju puncak php

Sabana dan Puncak Welirang



Peristiwa bersejarah tercatat pada pukul 5 sore, kami berhasil menggapai Puncak Arjuno setelah sebelumnya menggapai Puncak Welirang pada pagi harinya. Teriak-teriak sepuasnya, cuaca cerah tak seperti yang diceritakan orang-orang yang turun tadi. Rejeki anak sholeh. Hehehe.. Tampak puncak gunung semeru gagah berdiri dibalut awan-awan di sebelah tenggara serta mentari yang akan mulai memasuki keharibaannya di sebelah barat daya. Energi seakan tercharge meski hanya sedikit. Setelah ritual mengabadikan momen dengan hembusan angina yang sangat kencang di puncak. 10 menit di puncak, kami akhirnya turun dari puncak. 10 menit doang di puncak dengan 5 jam perjalan menggapainya. :D Mengejar mentari yang mulai tenggelam di ufuk horizon kami menuju pasar dieng. Kami turun setelah pasar dieng, yang kami rasa tadi tidak lewat sini. Udin yang di depan sebagai leader sepertinya bingung atau disesatkan ketika memilih jalur. Saya dan akhmad meyakinkan Udin bahwa ini salah jalur, akhirnya kami kembali naik dan menemukan pita putih yang merupakan petunjuk jalur yang benar. Alhamdulillah. Setelah berada di atas, Nampak sunset yang begitu indah di antara gumulan awan yang tidak akan kami sia-siakan untuk diabadikan.

Puncak


Puncak Semeru


Setelah puas mengabadikan sunset Arjuno kami meneruskan perjalanan pulang dengan kondisi langit yang sudah mulai gelap. Sinar headlamp menjadi petunjuk cahaya untuk memilih jalur yang benar. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan 2 orang yang akan turun juga yang tadi kami temui di puncak. Dengan rasa kehati-hatian dan percaya kepada Udin sebagai leader pencari jalur di depan dengan tak lupa berdoa agar tetap berada di jalur yang benar. Grusak-grusuk melewati turunan curam yang tak terlihat berkali-kali. Ada untungnya juga turun pas langit gelap sehingga tidak terlihat curamnya jalur yang bisa saja membuat mental down. Namun tetap dengan kehati-hatian yang ekstra karena tidak terlihat mana batas antara jalur dengan jurang. Cukup mengerikan memang namun dijalani tanpa sibuk memikirkannya.


Sunset 


Pukul 8 akhirnya kami sampai di lembah kidang 3 yang ditandai dengan jalur mulai datar yang artinya kami sebentar lagi sampai di lembah kidang 2 dan mata air. Tak lama setelah itu kami sampai di lembah kidang 2, di mata air, kami berpisah dengan 2 orang tadi yang ternyata mereka ditinggal dari rombongannya yang total berjumlah 11 orang. Bajingan main ninggalin kelompok. Sesampainya di mata air kami melepas penat sambil membasuh muka dan minum air segar. Tak lama kami langsung gass pol menuju pos pondokan yang ternyata cukup susah melihat jalur karena tertutup semak semak. Pukul 9 kami sampai di pondokan. Alhamdulillah. Syukur pada Engkau yang telah mengizinkan kami menggapai 2 puncak, Arjuno Welirang dalam satu hari. Ganti baju, sholat, masak seadanya lalu tidur. Akhmad Nampak sakit masuk angin tidur mendahului.

-          Pos III (Pondokan) -  Basecamp

Pagi, Senin 19 November 2018 kami bangun agak siang meski jam 4 sudah bangun karena hawa dingin. Setengah 5 pagi kami sholat shubuh dengan suasana langit yang sudah mulai terang, mengambil air di mata air pos pondokan yang berupa kolam tampungan air yang makin menipis. Kami menjumpai kelompok yang baru datang yang akan ke Puncak Arjuno tapi arahnya ke Puncak Welirang. Tak mau kelompok lain tersesat seperti kami, kami mengarahkan mereka jalur menuju lembah kidang yang benar. Memang, di pos pondokan ini minim atau bahkan tidak ada tanda kemana arah Welirang, kemana arah Arjuno sehingga orang yang baru pertama kali ke sini dapat tersesat seperti kami.

Setelah makan dan beberes tenda dan packing. Kami turun dari pos pondokan pada pukul 9 pagi. Menuruni jalur tempat pohon tumbang kemarin sabtu. Melompatinya, kembali teringat kengerian sabtu kemarin. Jalur turun terasa ringan hingga kami sampai di tanjakan asu PHP. Bersiap menuruni tanjakan curam dan Panjang dengan kontur bebatuan yang bikin sakit kaki. Setelah itu kami terus turun melewati jalur berbatu yang sangat Panjang dan menyakitkan kaki. Pukul setengah 12 kami sampai di pos kopkopan. Istirahat sejenak, makan gorengan dan minum nutrisari sertta tentunya isi ulang air dari mata air pos kopkopan.

Pukul 12 kami bersiap kembali turun, tiba-tiba cuaca berubah menjadi berkabut tebal, sangat tebal dengan hembusan angina yang membuat hawa menjadi dingin seketika. Untung kabut hanya lewat naik ke atas sehingga cuaca kembali terang meski tetap berawan menggantung di langit. Perjalanan turun dari pos kopkopan menuju pos pet bocor rasanya sangat Panjang tak habis-habis, mungkin karena sudah capek maksimal dan trek jalur bebatuan yang tidak serata menuju pos pondokan. Beberapa kali kami melewati jalur pintas tidak lewat jalur bebatuan untuk mobil jeep. Sempat kami lama masuk jalur hutan agak lama dan masuk jalur kebun warga. Tak mau tersesat akhirnya kami memilih kembali ke jalur yang sudah pasti yaitu jalur bebatuan meski sakit kaki ini. Hahahaa..


Melewati pohon tumbang

Sepatu 9 puncak


Setelah 2 jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos pet bocor, laporan kepada petugas. Tiba-tiba hujan turun cukup deras. Setelah kami istirahat sebentar, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan turun menuju base camp karena memang sudah tanggung sedikit lagi basecamp serta mengejar waktu untuk kembali ke stasiun Surabaya Pasar Turi. Ternyata baru sebentar jalan, hujan semakin deras, akhirnya kami ngiyup di warung yang tersedia di antara pos 1 dan basecamp. Kami pesan teh hangat sembari menunggu hujan agak reda. 15 menit hujan sudah agak reda, kami kembali jalan menembus rintik hujan menuju basecamp. Jalur menuju basecamp yang berbatu dan menurun curam semakin menyulitkan langkah karena jalur menjadi semakin licin dan harus ekstra hati-hati. Akhirnya setelah berjalan berapa puluh ribu langkah, kami sampai juga di basecamp. Perjalanan dengan pengalaman baru yang tak terlupakan. Arjuno Welirang.

Total estimasi waktu dari basecamp menuju pos pondokan :

Basecamp -  Pos Pet Bocor                 : 1 Jam

Pos Pet Bocor -  Pos Kopkopan         : 4 jam + Istirahat 1 jam

Pos Kopkopan -  Pos Pondokan        : 5 Jam

Total                                                       : 11 jam

Pos Pondokan – Puncak Welirang    : 3 Jam

Pos Pondokan – Puncak Arjuno        : 5 Jam

Estimasi waktu ini tergantung masing-masing pendaki karena fisik dan mental setiap orang berbeda-beda. Kami tergolong pecel lele, pendaki cepat Lelah. Jadi harap maklum ya. :D Sekian share pengalaman kami mendaki Gunung Arjuno Welirang dalam sehari. Semoga pengalaman kami dapat berguna dan menginspirasi teman-teman pembaca yang lain. Salam lestari.

INGAT JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN. BAWA KEMBALI SAMPAHMU

JANGAN TINGGALKAN APAPUN KECUALI JEJAK, JANGAN AMBIL APAPUN KECUALI FOTO, DAN JANGAN BUANG APAPUN KECUALI WAKTU.

PS : GUNUNG ARJUNO WELIRANG INI TERMASUK CUKUP KOTOR APALAGI DI POS PONDOKAN. TERDAPAT BANYAK SAMPAH DI MANA-MANA. JANGAN DITAMBAHI SAMPAHNYA!