Selasa, 12 April 2011

Kumpulan Puisi

Iri Pada Mereka Yang Tahu Kemana Seharusnya Kaki Melangkah

Aku Iri, Sungguh...
Pada usia muda yang kau punya
Pada tawa ceria yang kau tebar
Pada waktu yang tampak selalu berpihak padamu

Aku Iri, Sungguh...
pada air matamu yang bisa turun ke pipi
saat hati berhadapan dengan Illahi
pada langkahmu yang menapaki pasti
asa yang ada di langit tinggi

Aku Iri, Sungguh...
Pada proses yang mau kau jalani
pada cinta yang mau kau bagi
pada hatimu yang tak henti mensyukuri

Aku Iri, Sungguh...
pada kesungguhanmu
pada keteguhanmu
pada keyakinanmu
pada kepercayan dirimu

Teman, aku sungguh iri padamu..


=Fitri300805=

(Cinta) tanpa peran

Aku tidak mempunyainya
bukan berarti ku tak ingin.....

Bosan mendengar orang menunjukan jalan.....
tapi apakah mereka pernah menyusuri jalan itu.......

Inginku teriak....
tapi tak ingin ada yang mendengar....
Menangis????

berharap tidak ada yang melihat......
walaupun "tidak setiap air mata itu buruk".....

Knapa kecemasan terlalu sering jadi pembatas....
adakah yg salah dengan watak???
mencoba menyamarkan harap dengan imajinasi.
kendati sadar, tak pernah menyesal.

Musabab ku menjalani tawa dan tangis..
terima kasih ya Allah telah memberiku IMAJINASI..

inisiasi

hidup = lahir, mengenal, berjuang, memberontak, merdeka, mati

tirai kelabu mengalun perlahan
dentum kerasnya ik lantang
dua jam berganti fajar
merangkak perlahan dari ufuk barat

mereka melihat, mendengar
harmonisa membeku, sirna
kebusukan langkah tampak dalam spektrum
kebaikan tercerca, tak lagi mengalun

gelap, terang, hitam, putih,
semua berelegi

lahir
keluar dari lubang
becek, darah, perjuangan
harapan atau ancaman

mengenal
melihat, mendengar, merasa, meraba,
melanglang mencari
entah apa

berjuang
terdoktrin, idealis, aspirasi
peluh menetes deras
lelah, tapi tetap bagaimanapun caranya
demi tujuan dalam kotak

memberontak
berani, emosi, marah, senjata
otak yang suda di titik klimaks
raga yang mulai gusar
hati telah membusuk, tak lagi diam
ditunggangi kepentingan orang
tanpa sadar

merdeka
bebas, pesta, tanpa aturan, terserah
berdansa diatas rampasan pertarungan
berenang di kolam darah pekat
darah siapa saja, ntahlah
segar

mimpi, harapan, masa depa, dan cita-cita,
kebencian, dendam, iri, dan kegelapan,
cinta, sayang, dan empati
sejarah, masa lalu, kenangan, dan trauma
semua berelegi
lalu berjalan menjauh,
remang,
gelap,

ku mulai menutup mata
satu,
dua,
tiga.

Andai Aku Masih Yang Dulu

Andai aku masih yang dulu
Maka pasti aku akan menyayangmu
Andai aku masih yang dulu
Mungkin tak ragu hati ini mencintai

Sayang sang waktu telah mengubah aku
Aku tidak bisa lagi jatuh cinta
Walau aku sangat menyukai gayamu
Senyummu harummu dan ceriamu

Sayangku kok ada sich yang seperti kamu
Wahai gadis impianku pujaan hatiku
Bukan salah waktu kita telat berjumpa
Namun takdir yang tak memihak pada kita

Dari :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comments here