Hai! Kembali lagi, ketemu
lagi dengan cerita mendaki gunung yang memang mengandung sejuta cerita setiap
kali menjamahnya. Setelah 2 bulan yang lalu berhasil memijakkan kaki di Gunung
Lembu, Purwakarta (Untuk detail ceritanya bisa klik di sini). Kali ini saya
akan membagi cerita pengalaman mendaki Gunung yang selalu kelihatan dari
Jabodetabek, tepatnya si bagi orang Jakarta-Bogor, yaitu Gunung Salak. Tak
Seperti gunung-gunung lain yang nge-hits, Gunung Salak termasuk gunung yang
cukup sepi dan masih sangat alami jalur pendakiannya. Dan setelah mendakinya
baru ketahuan misteri tentang tak nge-hits nya gunung salak, bahkan sangat
jarang adanya open trip ke gunung ini. Jika kalian ingin menguju tekad,
perjuangan dan push your limit mendakilah Gunung Salak ini. So, sebelum saya
bercerita mari kita berkenalan dengan Gunung Salak ini. Cekidot!
Gunung Salak secara administratif terletak di antara
kebupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Gunung Salak dikelola oleh Balai Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Gunung ini terlihat gagah dan dapat di
pandang dari berbagai sudut kota di sekitarnya, ujung gunung yang lebar dan
terlihat seperti buah salak. Tapi jangan ditanya ada pohon salak apa tidak,
karena nama Salak berasal dari bahasa sansekerta yaitu Salaka yang artinya
perak. Ada beragam versi kenapa gunung ini dinamakan dengan mana Gunung Salak.
Seperti Gunung-Gunung di Indonesia yang lain, Gunung Salak juga mempunyai mitos
dan terkenal angker, apalagi setelah kejadian Jatuhnya Pesawat Sukhoi Super Jet
100 yang menewaskan seluruh 45 penumpang. Puncak Gunung Salak memiliki 9 puncak
namun yang cukup terkenal dan sering dijamahi para pendaki ada 2 yaitu yaitu
puncak 1 dan puncak 2. Puncak 1 merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian
2211 mdpl. Tak terlalu tinggi memang, namun seperti kata orang bijak, “Jangan
memandang Gunung hanya dari Ketinggiannya semata”, karena memang benar
ketinggian tak berlaku bagi Gunung Salak ini. Jalur pendakian Puncak 1 Gunung
Salak dapat ditempuh via Cimelati, Sukabumi; Cidahu, Sukabumi; Gunung Bunder,
Bogor; Pasir Rengit, Sukabumi dan Ajisaka, Tamansari, Bogor. Pada kesempatan
kali ini, saya akan berbagi pengalaman mendaki Puncak 1 Gunung salak Via
Cidahu, Sukabumi.
Pendakian dimulai Hari Jumat malam, selepas gawe di Ibu
Kota. Kami berlima (Mas Gaos, Mas Udin, Mas Yudi, Mas Akhmad dan Saya sendiri)
berkumpul terlebih dahulu di Rumah Mas Udin, tak jauh dari Stasiun Bojonggede.
Setelah semua berkumpul dan siap sekitar pukul setengah 11 malam, kami menuju
Cidahu, Sukabumi menggunakan mobil sewaan. Perjalan cukup lancar bisa untuk
istirahat menyimpan energi untuk esok hari. Tak lama perjalanan sekitar pukul
stengah 2 pagi kami sampai di Base Camp Pendakian Gunung Salak di desa Cidahu,
Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Dengan mata yang masih kantuk serta hawa
dingin pagi Cidahu yang mulai menusuk tulang, kami pindahkan barang bawaan ke
balai yang ada di belakang base camp, lumayan dapat tidur sejenak meski alas
balai agak basah karena hari sebelumnya hujan. Sempat tidur cukup pulas namun
tiba-tiba terbangun karena menggigil kedinginan lanjut tidur lagi hingga
akhirnya terbangun dan melihat jam sudah pukul 5 pagi. Kami bergantian ke
toilet yang tersedia di base camp dan mengambil wudhu untuk sholat subuh. Tak
lama setelah Shubuh ada beberapa yang mandi dan buang hajat sebelum 2 hari
ditahan biat tidak keluar di atas gunung hehe.. Puas sarapan pagi, kami
siap-siap packing ulang agar lebih padat dan ringan untuk di bawa naik ke
Gunung Salak. Jam setengah 8 pagi kami berangkat dari Base Camp.
Menurut hasil pencarian dari cerita-cerita pengalaman
mendaki gunung Salak, Perjalanan dari Base Camp menyusuri Jalanan Aspal menuju
Pintu Rimba sekitar 1 km. Setelah memasuki Pintu Rimba, perjalanan dilanjutkan
menuju Simpang Bajuri sekitar 3 km. Pendakian Gunung Salak tidak mengenal
pos-pos, melainkan tanda HM dari Pintu Rimba hingga Puncak Salak. Dari Pintu
Rimba ke simpang bajuri dimulai dari HM 0 hingga HM 30, Sedangkan perjalanan dari Simpang
Bajuri menuju Puncak Salak dimulai dari HM 0 hingga HM 50. Ya, Perjalanan
Menuju Puncak Salak memakan jarak sekitar 9 Km, bisa dibayangkan betapa jauhnya
itu.
![]() |
Melewati jalanan aspal selepas base camp |
Base Camp –
Simpang Bajuri
Start Pendakian dimulai
dari Base Camp menuju Pintu Rimba dengan menelusuri jalanan aspal dengan kontur
yang menanjak terus. Lumayan sebagai pemanasan sebelum masuk jalur hutan.
Sebenarnya dari base camp menuju pintu rimba terdapat mobil balai atau orang
lewat yang bisa dimintai tumpangan, tapi kemarin kami tak ada satupun yang
lewat huhu. FYI. Sebenarnya dari Base Camp, jika cuaca cerah puncak Salak 1
sudah dapat terlihat, itu artinya perjalanan masih jauh haha. Sesampai di Pintu
Rimba, alias pintu gerbang pendakian sesungguhnya kami sempatkan foto-foto biar
eksis dengan muka penuh gembira dan segar, ibarat selebgram, postingan “Before
Pendakian”.
![]() |
Ngeksis dulu sebelum masuk hutan |
Memasuki pintu rimba, pukul stengah 9, jalur mulai
didominasi oleh bebatuan setapak dengan track menanjak. Lumayan menanjak
kemudian turun lagi melewati sungai kecil nanjak lagi kemudian turun lagi. Tak
disangka disebelah kanan seberang pagar besi ada jalur aspal, sempat baca di
postingan-postingan Pendakian Gunung Salak memang ada jalur aspal dari Pintu
Rimba menuju Simpang Bajuri melalui Javana Spa. Namun karena ketidaktahuan,
kami jalan lurus-lurus aja ngikutin jalur setapak naik turun naik lagi.
Beberapa kali kami berhenti sejenak meluruskan punggung yang mulai pegal
menggendong keril. Jalanan tanah yang agak becek karena sebelumnya diguyur
hujan membuat sepatu agak licin dan harus memilah-milah pijakan agar tak hanya sepatu
tidak terlalu kotor tetapi juga menjaga pijakan sepatu agar tidak licin.
Vegetasi nya pun rapat khas TNGHS.
Pukul 10 kami akhirnya sampai di simpang bajuri. FYI,
Simpang bajuri merupakan simpang tiga antara jalur menuju puncak Salak 1 dan
jalur menuju kawah ratu. Di simpang bajuri ini merupakan sumber air terakhir
sebelum pendakian menuju puncak salak 1, so management air yang baik akan
mempengaruhi kualitas dan keselamatan pendakian. Pos atau simpang bajuri ini
terdapat 2 lapangan yang cukup untuk mendirikan tenda yang dipisahkan oleh
sungai kecil, di tempat ini bisa juga dijadikan sebagai tempat alternatif
mendirikan tenda, tapi kalo dipikir-pikir perjalanan ke puncak masih cukup jauh
5 Km lagi jadi ngapain ngecamp di sini wkwkw. Oia, menurut plang di pintu masuk
rimba, jarak simpang bajuri ke kawah ratu sekitar 1,7 Km, dan simpang bajuri
ini juga titik temu bagi pendaki yang naik dari Pasir Rengit kemudian melewati
kawah ratu, sampai di simpang bajuri lalu naik ke puncak salak 1. Gokil men
kalo naik ke Gunung Salak via Pasir Rengit, bakal Lebih ekstrem dari yang kami
alami.
![]() |
Langsung gas tanjakan begitu masuk hutan |
![]() |
Ada banyak sungai kecil di jalur ini |
![]() |
Simpang Bajuri, Bisa untuk melepas penat |
Oia, selama pejalanan dari pintu rimba menuju simpang
bajuri, kami tidak berpapasan dengan pendaki lain, baru pada simpang bajuri
kami bertemu dengan 2 rombongan yang berisi 6 orang dan 2 orang yang sama-sama
sedang beristirahat dan akan naik. Bisa dibayangkan betapa sepinya pendakian
gunung salak ini.
HM 0 – HM 6
Agak-nya perjalanan dari
simpang bajuri menuju puncak salak 1 saya bagi-bagi berdasarkan tipe jalur yang
dilalui. Kami meninggalkan simpang bajuri dengan energi yang cukup dan riang
gembira setelah istirahat sejenak. Trek menuju puncak dimulai dari HM 0 kembali
hingga HM 50. HM-HM awal didominasi dengan trek tanah dan akar-akar dengan
kontur yang naik turun. Lumayan sebagai pemanasan dan hampir menipu kami karena
kami sempat senang karena trek sudah mulai naik, eh tiba-tiba turun lagi, habis
itu naik lagi, eh turun lagi. Vegetasi jalur rapat dan semakin jauh semakin
becek jalurnya karena didominasi oleh tanah merah dan akar2 yang semakin
tinggi.
Boleh dibilang, jalur HM 0 sampai HM 6 sebagai pemanasan
sebelum dihajar oleh jalur Salak sesungguhnya. Hahahaha..
HM 7 – HM 11
Selepas HM 6, Jalur masih
didominasi dengan kontur yang naik turun. Namun ada yang berbeda dibandingkan
dengan jalur sebelum HM7 ini. Potongan jalur versi saya ini mulai menawarkan
ujian lain bagi para pendaki, yaitu jalur yang semakin becek, berlumpur dengan
tanah merah dan bebatuan yang licin serta rawa yang memakan jalur (Wkwkwk ada
rawa hati-hati jebakan batman). Jalur yang semakin ekstrem membuat langkah
semakin berat dan lama, tak hanya mengandalkan kekuatan otot namun juga
mengandalkan daya pikir otak untuk memilih pijakan yang tidak berlumpur. Salah
pijakan, bisa terjerembab ke dalam lumpur dari sedalam mata kaki hingga
sebetis. (Waspadalah.. Waspadalah)
![]() |
Istirahat dulu Bray |
Baru 2 HM, Kami memutuskan untuk beristirahat agak lama
sambil makan bekal yang dibawa dari base camp plus sholat dhuhur dijamak dengan
sholat isya mumpung pakaian belum terlalu kotor oleh kejamnya jalur Salak
ini. Di tempat istirahat kami bersama
dengan 2 pendaki lain yang berasal dari Tanjung Priok naik motor ke Cidahu
(Gokil men), dan lebih gokil lagi mereka mendaki menggunakan sendal gunung.
Gosong lumpur dah kaki mereka, kejeblos mulu. Positifnya mereka dapat berjalan
lebih cepat karena main terabas-terabas aja tanpa mikir pijakan yang safe.
![]() |
Kaya lagi tes masuk Kopassus |
Sampai di HM 8 tempat kami istirahat sekitar pukul 12
siang kurang, istirahat sholat makan sekitar hampir sejam kami lanjutkan
perjalanan menuju puncak. Harapan bisa nge-camp di puncak. Tak di sangka,
setelah turunan HM 8 langsung disuguhi pohon tumbang + rawa di bawahnya yang
membuat kami harus jalan jongkok mentang kaki agar tidak terjebak lumpur
(Cobaan apa lagi ini). Ini juga yang membuat paha kanan saya ketarik, mungkin
karena kelamaan istirahat. Setelah oke, baru lanjut perjalanan mengarungi rawa
yang becek gak ada ojek, akar batu tajam, tanaman duri di kiri kanan. Mantaps.
HM 12 – HM 27
De Javu. Mungkin inilah
gambaran trek ini. Setelah 11 HM dengan kontur yang naik turun hingga kami
mengira kok kaya gini ya Salak naik turun ga nyampe-nyampe dah. Mulai deh, dari
HM 12 setelah lulus dari ujian per-rawa-an yang becek, trek cenderung naik
terus paling hanya ada bonus jalan datar atau turunan sedikit kemudian nanjak
lagi. Trek nya? Perpaduan antara HM 0 – HM 11. Lho kok gitu? Lah iya kok,
mendaki gunung Salak itu semakin banyak HM nya itu semakin berkali-kali lipat
ujiannya. Sudah naik terus, banyak akar, tanjakan juga sudah mulai
tinggi-tinggi hingga lutut ketemu dada, becek, batu licin hingga tanah merah
yang menjerumuskan.
Pada tahap ini, ujian yang sesungguhnya di mulai.
Kaki-punggung sudah terasa pegal, nanjak terus, licin dan hujan. Ya, di tengah
perjalanan tiba-tiba hujan deras mengguyur, meskipun vegetasi rapat namun
saking derasnya, air hujan masih terasa ke bawah. Kami memutuskan untuk
menggunakan jas hujan karena mengantisipasi kedinginan dan pakaian basah kuyup.
Naik menggunakan jas hujan memang tidak fleksibel pergerakannya apalagi
tanjakan tinggi dan keringat tak bisa keluar karena tertutupi jas hujan. Tak
lama berjalan, hujan mulai reda. Ehh.. di HM 20 an mulai hujan lagi. Pake lagi
dah, dan saya memutuskan untuk tetap memakai jas hujan entah sudah reda maupun
masih gerimis rintik-rintik.
Sampai jam berapa kami sampai di HM 27? Kami pun tak
melihat jam karena mulai dari sini sudah tidak memikirkan ini HM berapa, paling
kalau ketemu patok dan ngeh saja.
Kalau tidak salah pukul 3 sore. Jujur mulai dari sini fokus mengatur ritme
energi, napas dan ketahanan serta tekad perjuangan. Bener ini serius!.
HM 28 – HM 38
(PUNCAK BAYANGAN)
Eng ing eng… inilah jalur
dengan trek yang Gokil segokil gokil gokil gokilnya (Maap agak lebay), karena
kondisi fisik sudah mulai nge-drop, selepas hujan, kabut mulai turun, kram
mulai berasa timbul tenggelam, berkali-kali jadi orang lain menyemangati diri
sendiri meski dari dalam diri ingin menyerah, limit batas kekuatan yang
dirasakan, sampai pasrah (Mpun, mboten malih – Cukup Sekali ini saja). Trek nya
gimana? Kombinasi jalur HM 0 hingga HM 27 plus tanjakan yang mulai ekstrem
hingga hampir 90 derajat yang tersusun dari akar pohon maupun batu, dengan tali
webbing maupun tanpa webbing. Bisa membayangkan? Saya rasa imajinasi saja tidak
cukup tanpa mengalaminya langsung.
![]() |
Tanjakan Jancuk |
Perjalanan ini makin terasa lama karena punggung sudah
pegal, kaki beberapa kali kram hingga pandangan sudah mulai tertutup kabut. Oh
iya, selepas HM 32 jalur makin ekstrem bukan karena tanjakan iblis yang hampir
90 derajat, namun juga karena jalurnya diapit jurang di kiri dan kanan.
Benar-benar ekstra hati-hati, salah fokus dan tidak seimbang bisa bahaya
apalagi kondisi sudah mulai sore dengan jarak pandang 5-10 meter. Benar-benar
Gokil.
Bagi saya yang sudah pasrah, beruntung naik bersama tim
yang sama-sama saling menjaga dan menyemangati. Kita semua sepakat untuk
nge-camp di puncak bayangan karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan lagi
dengan kabut yang mulai tebal serta senja yang mulai hilang. Puncak bayangan di
HM berapa? Kami pun tak tahu, pokoknya di HM 30 ke atas, HM 33? Bukan, lanjut
lag. HM 35? Bukan juga, lanjut lagi, kram lagi. Akhirnya setelah tanjakan
dengan tenaga kritis merah kaya hp lowbat, kami melihat tanah datar dengan
tenda berdiri di atasnya. Alangkah bahagianya, bisa sampai puncak bayangan.
Alhamdulillahhh… Yeayyy.. HM berapa ini? HM 38, artinya masih ada 12 HM lagi or
1,2 KM lagi menuju puncak Manik Salak 1. Bodo amat, yang penting bisa istirahat
merebahkan badan, makan mengisi energi.
BERMALAM DI PUNCAK
BAYANGAN
Tak lama beristirahat
karena sudah dikejar dengan gelap malam dan hawa dingin yang mulai terasa.
Gunung salak ini tidak terlalu dingin dibandingkan dengan gunung lain mungkin
karena tak terlalu tinggi juga karena sering diguyur hujan sehingga suhu udara
tidak terlalu ekstrim turun pada malam dan menjelang fajar. Selesai mendirikan
tenda, ganti baju karena sudah sangat kotor, becek dan basah diguyur hujan.
Untung-nya sesampai di puncak banyangan hujan sudah reda sehingga kami bisa
mendirikan tenda dengan tenang.
Rasa lelah yang sangat bagi saya membuat tubuh ini serasa
ingin langsung rebahan. Maklum bagi saya, baru kali ini mendaki gunung dengan
membawa tas keril 70 L. Baru pula (Sombong dikit gapapa :P). Setelah menghitung
sisa air yang tersedia, kami memutuskan untuk tidak masak nasi dikarenakan
saldo air bersih sudah mulai menipis dan badan sudah sangat lelah. Akhirnya
kami hanya masak mie dan tampe goreng. Itu saja sudah cukup sebagai pengisi
perut karena tubuh sudah sangat lelah. Proyeksi bangun dan summit sehabis
shubuh.
HM 39 – HM 50
(SUMMIT ATTACK)
Pagi-pagi, kami terbangun setelah tengah malam juga
sempat terbangun karena alas tidur yang tidak rata mengganjal akar-akar.
Setelah solat shubuh, buang air dan ngobrol dikit kami berangkat menuju puncak
salak 1. Jam 6 kami berangkat dengan modal 1 tas keril yang dibawa mas gaos
berisi kompor nesting, air dan oat, dan roti tawar. Perjalanan di mulai. Trek
selepas puncak bayangan sedikit menurun kemudian langsung di hajar tanjakan
jancuk (nama versi saya, karena jancuk tenan tanjakannya hehe), hampir atau
bahkan sudah 90° dengan dan tanpa webbing.
Saya mikir ini trek gunung atau wall climbing ya. Saya rasa ada 3 tanjakan
jancuk yang berurutan. Langsung bikin tubuh capek lagi, untung kemarin nge-camp
di puncak bayangan. Gak bisa dibayangin kalo kemarin dipaksain untuk nge-camp
di puncak manik. Membahayakan!
![]() |
Untung engga bawa keril |
![]() |
Pantang Menyerah...!! |
Oh ya, saran dari kami jika dari Puncak Bayangan menuju
Puncak Manik Salak 1 tak usah menggunakan jaket karena bakal terasa gerah dan
susah pergerakannya. Suhu Gunung Salak di pagi hari tak terlalu dingin sehingga
masih bisa lah naik tanpa jaket plus agar tidak berkeringat naik tanjakan
jancuk-nya. Selepas 3 tanjakan ekstrim tadi, masih ada tanjakan-tanjakan lain
yang cukup ekstrim dan jalur di samping kiri-kanan jurang. Sekitar sejam
setengah kami berhasil mencapai puncak manik 2211 mdpl.
PUNCAK 1 GUNUNG
SALAK, 2211 MDPL
Finally, Puncak Manik
Salak 1. 2211 mdpl. Setelah berjam-jam perjalanan, hampir kehilangan kontrol
diri, frustasi di tengah jalan, ingin putar balik tapi sudah setengah jalan
sampai pasrah berserah. Mungkin inilah tujuan Tuhan, Allah SWT menuntun saya
untuk ikut mendaki gunung salak. Begitu banyak pengalaman berharga saya dapat. Tekad
perjuangan, rasa pantang menyerah benar-benar diuji di Gunung ini. Bukan lebay,
tapi memang begitu adanya. Pukul stengah 8 kami sampai di puncak manik. Butuh waktu
sekitar satu jam setengah dari puncak bayangan hingga puncak salak 1 ini. Pemandangan
di puncak salak 1 ini apa adanya, hanya terlihat puncak salak 2, puncak
bayangan tempat semalam kami berkemah dan gunung gede pangrango dari kejauhan
sebelah tenggara. Memang jika yang kamu cari adalah pemandangan di puncak yang
indah, Gunung Salak ini tidak rekomendasi untuk kamu. Tapi jika yang kamu cari
adalah perjuangan perjalanan menelusurinya, maka Gunung Salak ini bisa menjadi
salah satu rekomendasi yang cocok untukmu. Karna hidup bukanlah hasil akhir
yang utama, melainkan bagaimana perjuangan kita melewati, mengarunginya.
(Cailahh Quote banget gue :D).
![]() |
Puncak 2211 mdpl |
![]() |
Thanks Team |
Seperti ritual umum pendaki gunung, sesampainya di puncak
tak afdhol jika tak mengabadikan momen. Foto di puncak gunung. Kami di puncak
bersama beberapa tenda yang sudah berdiri sebelumnya. Mungkin mereka sampai di
puncak dari kemarin atau berangkat lebih pagi dari kami sehingga dapat sampai
puncak lebih awal. Puncak salak 1 tak terlalu luas, hanya muat sekitar 15 tenda
dengan sekat-sekat rerumputan alang-alang. Selain itu, di puncak salak 1 ini
terdapat makam mbah salak dan bangunan yang kami baca di cerita pengalaman
orang lain terdapat tampungan air hujan yang bisa dimanfaatkan para pendaki
sebagai sumber air. Tak lupa kami niatkan untuk berziarah ke mbah salak, tak
ada salahnya karena kami berada di gunung salak.
Boy Band |
Perut keroncongan karena belum diisi sedari pagi. Kami
buat oat seadanya yang dimakan bersama dengan roti tawar. Ternyata stok air
yang kami bawa habis untuk masak oat tinggal menyisakan sedikit air yang kami
bagi seadanya untuk berlima. Memang management air saat mendaki gunung apa saja
itu sangat penting. Kau tak perlu belajar di kelas bangku sekolah maupun kuliah
karena yang akan mengajarimu langsung adalah alam. Selesai foto, makan, minum
kami kembali turun ke puncak bayangan karena waktu sudah cukup siang, jam 8
pagi. Cuma setengah jam kami di puncak, dengan perjalanan menuju puncak yang
berjam-jam. Gokil. Hahahah. Tapi di situlah nikmatnya mendaki gunung. Sehingga total
perjalanan yang kami lalui dari base camp Cidahu hingga puncak salak 1 adalah
sbb :
-
Base Camp – Pintu Rimba : 1 Jam (1 km)
-
Pintu Rimba – Simpang Bajuri : 1,5 Jam (3 km)
-
Simpang bajuri – Puncak Bayangan : 8 Jam (3,8 km)
-
Puncak Bayangan – Puncak Manik (Salak 1) : 1,5 Jam (1,2 km)
Total
Perjalanan 12 Jam dengan jarak tempuh 9 Km. Dengan catatan kondisi jalur
pendakian licin dan becek selepas hujan. Begitulah sedikit (eh banyak ya ini,
kaya curcol hehehe) kisah perjalanan kami mendaki Gunung Salak dari Base Camp
sampai Puncak Salak 1. Untuk cerita turun dari Puncak Salak hingga Base Camp
kembali akan saya tulis pada postingan terpisah mengingat postingan ini saja
sudah sangat panjang nanti kamu tidak kuat dan mabok hehe. Perjalanan pulang
pun tak kalah menantang dan butuh tekad, semangat dan perjuangan yang tinggi.
Akhir kata, mungkin Salak bagiku merupakan singkatan dari Salahkah aku bila mencintaimu. (Halah lambemu mas!). Kesan : Sampun, Mboten Malih!!!!