Jumat, 03 Desember 2010

Inilah kisahku, kisah di tahun 2010. Kisah yang penuh warna.

Kisah ini saya post karena gagal ikut mim...

Inilah kisahku, kisah di tahun 2010. Kisah yang penuh warna.

Peristiwa ini terjadi sekitar bulan Februari sampai April 2010. Kala itu aku dan teman-teman akan menghadapi suatu ujian, ya Ujian Nasional tepatnya yang menjadi salah satu indicator lulus tidaknya seseorang selama menampuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Di awal bulan Februari sekolahku mulai mengadakan suatu sistem dimana semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah hanyalah mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian Nasional (UN), hal ini hanya berlaku bagi kelas XII atau 3 SMA. Disamping pelajaran tambahan di sore hari yang telah diberlakukan selama beberapa bulan lalu. Praktis semua pelajaran yang aku dan teman-teman hadapi setiap hari hanyalah 6 mata pelajaran,yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kebetulan aku dan teman-teman adalah jurusan IPA. Sungguh di awal-awal kami merasa berat, apalagi setiap hari harus berhadapan dengan pelajaran eksak yang membuat pusing kepala. Ditambah ada kemungkinan kami bertemu suatu mata pelajaran 6 jam dalam sehari. Mantap!

Dalam waktu itu kami mengikutinya secara biasa, namun lama-kelamaan kelas kami yang dikenal dengan mbolozers atau tukang bolos mulai memainkan aksinya. Hampir selalu ada yang bolos waktu pelajaran berlangsung, terutama saat tambahan pelajaran. Dan yang paling banyak pembolosnya adalah pelajaran Fisika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Kenapa? Karena ketiganya membosankan, Guru Fisika dianggap membosankan oleh teman-temanku apalagi guru Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia yang ketika jam tambahan pelajaran di sore hati tiba hanya segelintir murid yang masuk.

Kelas kamipun mendapat predikat kelas paling santai, karena sebagian besar anggotanya dianggap kurang memanfaatkan waktu yang tinggal sedikit menjelang ujian dengan belajar. Kami malah hanya sibuk bercanda sebelum guru datang yang di lain kelas meskipun guru belum datang tetap sibuk belajar. Kelasku juga senang bermain kartu baik ketika jam kosong, istirahat maupun pada jam pelajaran!. Tidak hanya itu rangkaian musibah seakan dating dan pergi dari kelasku. Dimulai dari awal masuk kelas 3, secara bergantian satu per satu temanku jatuh sakit dan bahkan ada yang sampai dirawat di rumah sakit. Dan puncaknya adalah ketika salah seorang temanku, sebut saja Safrudi, terkena musibah berupa kecelakaan yang menyebabkan jempol kakinya diamputasi dan punggungnya dipen karena patah tulang lengan. Kelasku pun dikhawatirkan oleh kelas lain dan guru-guru tentang ujian nanti.

Namun, semua kekhawatiran itu lenyap ketika tryout pertama digelar. Kelas kami mendapat kelulusan paling tinggi se-sekolahan. Wow! Sangat menajubkan. Padahal kelas kami paling santai dan terkesan menyepelekan ujian nasional. Tak hanya itu dalam 10 terbaik tryout pertama kelas kami pun menempatkan cukup banyak wakil(waktu itu saya lupa jumlah anak dari kelasku yang masuk 10 besar). Sedangkan kelas yang serius belajar malah mendapat kelulusan yang rendah. Kejadian ini kembali berlanjut pada tryout ke-2. Kembali kelas kami mendapat kelulusan paling tinggi se-sekolahan dan menempatkan 5 wakilnya di jajaran 10 besar. Dan yang paling berkesan adalah aku mendapati namaku berperingkat 3 dalam tryout ke-2 itu. Subhanallah. Kecurigaan pun masuk kedalam ruang-ruang pikiran oranglain. Adakah kecurangan dalam kelasku? Hampir semua anak tidak percaya dan bahkan ada yang menuduh kelasku melakukan kecuangan dan kerjasama.

Waktu ujian pun kian mendekat, semua usaha belajar sudah dikerahkan. Semua petuah guru pun telah diucapkan dan kami lakukan. Tibalah pembagian kartu ujian nasional. Untuk yang satu ini aku teringat kejadian 3 tahun lalu dimana kartu ujianku tercuci dalam mesin cuci dan hancur. Akupun agak panik dan membuat guruku terutama walikelasku juga panik. Beruntung masalah itu dapat terpecahakan dengan memfotokopi kartu ujian yang akan ditempelkan di meja digabungkan dengan sobekan-sobekan kertas ujian yang masih terdapat foto ujianku beserta cap stempel yang masih melekan di lipatan-lipatan kertas dan fotoku. Uh! Kejadian itu tak boleh terulang. Ketika pembagian muncul keharuan karena ada seorang anak yang belum membayar biaya bulanan yang dapat menerima kartu ujian asalkan membayar waktu itu juga atau membuat surat perjanjian kapan pembayaran akan dilunasi. Sontak hal itu membuat ia menangis dan teman-teman yang lain mencoba menenagkan. Beruntung kami mempunyai seorang teman yang boleh dibilang cukup dan baik yang bersedia melunasi sisa tagihan pembayaran anak itu. Anak itu pun menelepon keluarganya untuk membawakan uang ke sekolahan. Semuanya sudah beres dan acara selanjutnya adalah kumpul antar kelas sebelum berangkat sholat jum’at. Kebetulan hari itu adalah hari jum’at terakhir sebelum waktu ujian dimulai yaitu hari senin.

Dalam perbincangan itu diutarakan semua permasalahan yang ada dihati dalam menghadapi ujian nanti. Banyak diantara teman-temanku yang meneteskan air mata. Ada salah seorang temanku yang kukuh untuk tidak memberikan contekan selama ujian nanti karena ia manginginkan teman-temannya untuk berusaha dahulu dan lain sebagainya. Sampai membuat suatu perdebatan namun akhirnya dapat terselasaikan.
Sadar akan kemampuan yang masih rendah, anak-anak di kelasku merasa was-was menghadapi ujian nanti. Banyak yang merasa tidak pede, namun tak sedikit pula yang tetap santai. 2 hari masa tenang digunakan untuk menenagkan diri sebelum ujian dan sesekali mereview ulang materi yang telah dipelajari.

Waktu ujian pun tiba, tepatnya pada tanggal 22 Maret 2010. Sebelum masuk ruang ujian terlebih dahulu berdoa dan bersama-sama saling mendukung dan menyemangati. Akhir hari pertama cukup menmbingngkan dimana mata pelajaran yang diujikan, Bahasa Indonesia, membuat bingung teman-temanku. Selanjutnya adalah Biologi dimana setelah ujian cukup banyak yang frustasi bahkan ada yang menangis karena takut kalau tidak lulus. Begitupun dengan hari kedua,yakni pelajaran Bahasa Inggris. Puncaknya adalah ketika palajaran Matematika, cukup banyak siswa yang frustasi karena memang pelajaran ini telah lama menjadi momok yang menakutkan. Sedang aku juga terbawa suasana yang bingung entah kenapa. Berlanjut hari keempat,yaitu pelajaran Fisika. Tidak seperti biasanya, kali ini cukup banyak siswa yang agak plong. Hari terakhir pun tiba, hari ini adalah Kimia. Inilah yang menjadi salah satu yang ditakutkan, bukan karena tidak lulus melainkan takut tidak bias mencapai angka 80 yang ditetapkan sang guru. Setiap nilai yang kurang 0,25 dari 8 juga kelipatannya akan dikenakan denda 10.000. Hal ini membuat fokus siswa menjadi ke arah target yang dibebankan yaitu 8. Ujian pun berlangsung dan setelahnya semua siswa merasa lega dan sedikit terbebas dari beban. Meski masih terbayang-bayang pikiran tidak mencapai angka 8 untuk Kimia.

Selama kurang lebih sebulan menunggu hasil pengumunan kelulusan. Kami seperti tidak ada waktu istirahat. Senin setelah ujian selesai langsung diadakan ujian praktik. Setelah itu diadakan ujian akhir sekolah. Bagi yang akan mengikuti ujian masuk UGM (UTUL) maupun seleksi masuk UI (SIMAK UI), hal ini sangat memberatkan. Jangankan untuk belajar menghadapi ujian masuk, untuk mempersiapkan ujian praktik dan akhir sekolahpun kerepotan. SIMAK UI diadakan setelah ujian akhir sekolah.

Aku termasuk salah seorang yang mengikuti SIMAK UI. Aku bersama temanku, sebut saja Rohim, mendaftarkan diri mengikuti tes tersebut. Kami berdua memang berminat untuk kuliah di UI (Universitas Indonesia). Aku memilih IPC dengan pilihan program studi Teknik Kimia, Hubungan Internasional dan Teknik Lingkungan. Pilihan yang sangat berat, karena waktu itu aku belum tahu mengenai strategi masuk perguruan tinggi. Sedangkan temanku mamilih Biologi dan Kesehatan Masyarakat. Angan-angan kami sangat tinggi membayangkan apa jadinya nanti jika diterima. Kami memilih tempat tes di Jakarta Selatan karena kupikir cukup dekat dengan tempat saudaraku.

Waktu pun bergulir, Aku,Rohim dan bapakku berangkat ke Jakarta. Jum’at malam kami bertiga berangkat menggunakan bis. Setibanya di Jakarta kami menumpang di tempat saudaraku di Jakarta Utara. Pada siang harinya kami diantar pakdhe ku mencari lokasi ujian kami berdua, kebetulan lokasi kami berdua berbeda. Aku berada di SMA 37, sedangkan Rohim berada di SMA 38. Ternyata jarak kami berdua cukup jauh. Aku dan Rohim masih agak buta tentang Jakarta meskipun Aku sudah sering ke Jakata, beruntung bapakku juga ikut yang notabene pernah tinggal di Jakarta selama beberapa tahun. Agaknya perlu dipikirkan bagaimana caranya besok untuk mencapai kedua lokasi yang cukup jauh itu.

Esok harinya kami bersiap-siap. Kami akan berangkat menggunakan kereta jabodetabek dan diantar sampai stasiun Jakarta Kota. Setibanya di sana, kami langsung membeli tiket kereta ekonomi. Kebetulan setelah kami membeli tiket tersebut, kereta yang dimaksud akan jalan. Kami berlari dan Alhamdulillah kesampaian. Agaknya kereta hari ini agak sepi, mungkin karena hari libur. Kami pertama turun di Stasiun Tebet, kemudian naik bajaj dan aku ditinggal di SMA 37 sedangkan bapakku dan Rohim kembali ke Stasiun Tebet untuk melanjutkan menuju Lenteng Agung.

Aku seakan sendiri dikelilingi para pesaing yang semuanya juga ingin masuk UI. Aku tidak cukup beradaptasi dengan baik karena rata-rata anak-anaknya gaul dan enggan. Tes pertama dimulai dan serangkaian tes berakhir. Bapakku dan Rohim telah menunggu di kantin karena mereka selasai lebih dahulu. IPC selesai lebih lama karena ada tambahan IPA/IPS. Setelah itu kami menuju kediaman saudaraku yang lain di Kedoya, Jakarta Barat. Keesokan harinya kami pulang ke Tegal.

Singkat cerita, setelah sekian lama menunggu akhirnya pengumuman kelulusan hamper tiba. Malam hari sebelum kelulusan semua siswa terasa khawatir dan was-was. Aku pun juga merasakan itu. Dikabarkan sekitar ribuan siswa SMA di Kabupaten Tegal tak lulus. Jam berganti jam, akhirnya pengumuman pun tiba. Tepatnya pada tanggal 26 April 2010, kami semua berkumpul di kelas masing-masing menunggu pengumuman hasil ujian dari walikelas sembari di sisi lain panggung telah melambai-lambai untuk acara wisuda nantinya setelah pengumuman selasai dibacakan. Pengumuman kelulusan dibarengi dengan acara wisuda.

Alhamdulillah! Gemuruh suara pecah dimana-mana. Titikan air mata beriringan dengan rasa gembira yang tiada terkira. Lulus. Teriak dimana-mana sambil menjabat tangan teman-temannya sambil berpelukan. Gembira bercampur sedih karena disamping ada satu teman yang belum lulus juga menjadi tanda bahwa sebentar lagi kita semua akan berpisah, akan menempuh jalurnya masing-masing.

Acara wisuda pun berlangsung. Seperti dulu, kelasku kembali membuat sensasi dengan menempatkan 5 wakilnya dibarisan 10 besar parallel sekolah. Luar biasa! Dan pelajaran Kimia mendapat predikat dengan mencapai rata-rata 9 lebih. Tidak ada yang terkena denda karena semuanya diatas nilai 80. Tercatat pula beberapa anak mendapat nilai 10. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kelasku. Dan ini menjadi titik dimana aku akan berpisah dengan teman-temanku. Perasaan haru, bahagia, senang, sedih, tercampur aduk disini. Canda, tawa, sedih, gundah, suka duka tlah kita semua lewati sekarang kita menyongsong masa depan yang lebih baik. Terimakasih kawan.

Disisi lain, tepatnya pada tanggal 8 Mei 2010 diumumkan hasil SIMAK UI. Mungkin ini bukan rejekiku dan temanku, Rohim karena kami berdua gagal lolos. Namun, perjalanan masih panjang yang akan mewarnai hidup ini setidaknya dalam tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comments here